1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengadilan atas Anggota Sekte Aum

16 Januari 2014

Setelah 19 tahun, pengadilan pertama atas bekas anggota sekte Aum Supreme Truth, yang melancarkan serangan gas saraf di stasiun kereta bawah tanah Tokyo yang menewaskan 13 orang, akhirnya digelar.

https://p.dw.com/p/1ArYg
Foto: AP

Makoto Hirata, 48, menyerahkan diri ke kantor polisi dua tahun lalu setelah dua dekade melarikan diri.

Dia adalah salah satu buronan terakhir yang berhasil melarikan diri setelah melepaskan gas sarin pada Maret 1995, sebuah peristiwa yang menyebabkan ribuan orang jatuh sakit dan menimbulkan kepanikan diantara jutaan komuter di Tokyo.

Pengadilan, yang diharapkan bakal selesai dalam waktu dua bulan, mendapat perhatian besar di Jepang, tidak hanya karena tiga tokoh senior Aum yang sudah dijatuhi vonis hukuman mati  diharapkan memberi kesaksian, tapi  juga memunculkan harapan bahwa mereka akan bisa memberikan “pandangan dari dalam” atas motif kejahatan yang hingga kini masih membingungkan bagi banyak orang Jepang.

Penculikan

Meski Hirata tidak dihukum dalam kaitannya dengan serangan stasiun kereta bawah tanah, tapi ia diadili atas tuduhan perannya dalam penculikan seorang kakek 68 tahun yang melindungi adiknya yang melarikan dari sekte tersebut.

Saat itu korban dibawa ke komunitas utama sekte Aum di kaki gunung Fuji dan tewas sehari kemudian akibat apa yang digambarkan sebagai penyumbatan tenggorokan setelah ia diberi suntikan.

Hirata membantah dirinya memainkan peran aktif dalam penculikan, dan mengaku dirinya hanya bertindak sebagai pengintai.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah saya selesai menjalankan peran sebagai penjaga,” kata dia di hadapan hakim pengadilan.

Hirata bergabung dengan sekte itu pada 1984 setelah lulus dari universitas dan saat itu diberi tugas utama menjaga guru sekte Aum yakni Shoko Asahara, seorang ahli yoga yang penglihatannya nyaris buta tapi mampu menarik sekitar 10.000 pengikut pada masa puncak kejayaannya.

Apokaliptik

Asahara mengkhotbahkan campuran ajaran Buddha dan Hindu, yang ditaburi visi tentang hari kiamat. Ia mengembangkan obsesi atas gas sarin yang dulu dikembangkan di era Nazi – dan pernah digunakan Saddam Hussein atas suku Kurdi – dan menjadi paranoid bahwa para musuhnya akan menggunakan gas mematikan untuk menyerang dirinya.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa serangan stasiun kereta bawah tanah itu dilancarkan karena sekte itu ingin mengganggu upaya polisi untuk menggerebek kelompok mereka dan menciptakan kekacauan di Tokyo untuk mewujudkan mimpi sang guru tentang “perang hari akhir”.

Tigabelas anggota sekte dihukum mati terkait serangan itu dan sejumlah kasus lainnya, termasuk Asahara. Anggota sekte itu didakwa atas sejumlah kejahatan berjumlah total 189 orang.

Seorang laki-laki dan perempuan yang ditangkap pada 2012,  dan merupakan dua buronan terakhir anggota sekte itu, kini masih menunggu proses pengadilan.

ab/hp (afp,rtr,ap)