1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

281211 Mubarak Prozess

28 Desember 2011

Setelah jeda tiga bulan, sidang pengadilan terhadap bekas penguasa Mesir Husni Mubarak, dilanjutkan Rabu (28/12). Ia harus bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap demosntran selama revolusi Mesir.

https://p.dw.com/p/13b6b
Seorang penentang Mubarak mengangkat poster bertuliskan 'pengadilan rakyat'Foto: dapd

Kali ini pun mantan orang nomor satu di Mesir itu memasuki ruang sidang sambil terbaring di tempat tidur. Di depan gedung pengadilan, para penentang Mubarak dan anggota keluarga demonstran yang tewas saat revolusi melakukan aksi protes. "Sidang ini cuma sandiwara, mereka masih berkuasa", teriak para demonstran.

Di seberang mereka berdiri para pendukung Mubarak. Mereka datang untuk mendukung presiden yang dijatuhkan itu. Lebih dari 5.000 polisi berjaga di sekitar gedung pengadilan. pada sidang-sidang terdahulu, selalu terjadi bentrokan antara penentang dan pendukung Mubarak.

Korban konspirasi

Mubarak yang berusia 83 tahun terancam hukuman mati. 30 tahun lamanya sang 'Firaun', begitu ia disebut oleh banyak warga Mesir, memerintah dengan tangan besi. Baik dalam politik ataupun ekonomi, tak ada yang berjalan tanpa sepengetahuan klan Mubarak. Para penentangnya dihadapi Mubarak dengan pengejaran, penyiksaan atau pembunuhan.

Ägypten Prozess gegen Hosni Mubarak wird fortgesetzt in Kairo Demonstration
Pendukung Mubarak meneriakkan dukungan di depan gedung pengadilanFoto: dapd

Tetapi ia tak mau tahu tentang tindakan brutal polisi terhadap para pemrotes anti rejim dalam revolusi di Mesir awal 2011. Tak kurang dari 850 orang tewas selama 18 hari demonstrasi. Mereka ditembak, dipukuli sampai mati atau digilas kendaraan militer.

Pengacara Mubarak, Yasser Abd El-Razeq, menyatakan kliennya tidak bersalah. El-Razeq mencoba melemparkan kesalahan kepada pihak ketiga yang misterius dengan menyebut adanya 'konspirasi'. Hisbullah di Libanon, Brigade Al-Qassam di Palestina, Beduin di Sinai, Ikhwanul Muslimin Mesir, semua terlibat. Mereka bersama-sama mencuri kendaraan dan mengendarainya ke arah massa. Ada bukti tentang itu.

Sejauh ini, semua saksi yang muncul di pengadilan meringankan Mubarak. Panglima besar militer, Mohammed Tantawi, yang juga Ketua Dewan Militer dan orang terkuat saat ini di Mesir mengatakan, tidak ada perintah tembak dari Mubarak. Saksi berikutnya yang akan tampil adalah Jendral Sami Hafez Anan, orang nomor dua di Dewan Militer.

Hakim tidak obyektif

Proses pengadilan tertutup untuk umum. Memang para pengamat dibolehkan hadir, tetapi tidak boleh memberitakan rincian sidang di bawah ancaman hukuman tegas.

Sidang terhadap Mubarak, putranya Alaa dan Gamal, mantan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adli dan enam perwira polisi, ditangguhkan tiga bulan. Selama itu pengadilan meninjau keberatan terhadap Hakim Ketua Amed Raffat. Pengacara korban mengajukan permohonan agar Raffat diganti karena ia pernah bekerja untuk kantor Mubarak.

Ägypten Prozess gegen Hosni Mubarak wird fortgesetzt in Kairo Polizei
5.000 polisi dikerahkan untuk mencegah bentrokan antara penentang dan pendukung MubarakFoto: picture-alliance/dpa

Hakim Raffat menghentikan penyiaran jalannya sidang di televisi dan hampir tidak mengijinkan pengacara korban menanyai saksi-saksi penting dari aparat negara dan militer. Para pengacara korban menuding Raffat berpihak. Tetapi permohonan untuk mengganti Raffaat ditolak.

Hasil terbuka

"Tidak ada peradilan yang independen di Mesir", tegas Hamadi El-Aouni, pakar Mesir dari Universitas Bebas di Berlin. Pada akhirnya kebanyakan hakim masih ditunjuk oleh Mubarak. Juga Ronald Meinardus, pemimpin kantor Yayasan Friedrich Naumann di Kairo, melihat adanya campur tangan militer.

Ketika Ketua Dewan Militer Mohammed Tantawi bersaksi di depan pengadilan, hampir tak ada pemberitaan mengenainya. Larangan pemberitaan itu "Betul-betul perkembangan yang mengejutkan bagi orang-orang yang percaya pada prinsip-prinsip hukum", kata Meinardus.

Banyak pengamat percaya, proses pengadilan itu diulur-ulur. Meinardus juga melihat petunjuk ke arah itu, "Bahwa pimpinan militer mengulur waktu dan tidak tertarik pada proses pengadilan yang cepat terhadap mantan presiden."

Mubarak berusia 83 tahun dan konon menderita sakit parah. Kemungkinan, kata Meinardus, merupakan strategi sinis militer bahwa Mubarak meninggal dunia sehingga tidak perlu diadili. Hamadi El-Aouni melihat hal serupa. "Saya pikir, ada spekulasi bahwa Mubarak entah kapan meninggal dan pengadilan ini lambat laun akan mati juga. Saya kuatir tidak akan ada vonis yang adil."

Pendukung Mubarak dalam aparat kekuasaan

ARCHIV - Der ägyptische Verteidigungsminister Hussein Tantawi in Kairo (Archivfoto vom 22.11.2003). Die Ära Mubarak ist zu Ende. Der ägyptische Vizepräsident Omar Suleiman erklärte am Freitag im staatlichen Fernsehen, Mubarak sei zurückgetreten und habe die Führung des Landes in die Hände der Streitkräfte gelegt. EPA/STRINGER +++(c) dpa - Bildfunk+++
Tak ada perintah tembak dari Mubarak, kata Ketua Dewan Militer TantawiFoto: picture alliance / dpa

Mubarak, menurut El-Aouni, sangat paham bahwa "Tidak ada pelaku penting di Mesir yang ingin Mubarak buka mulut." Pada akhirnya bisa keluar hal-hal yang akan memberatkan anggota Dewan Militer atau ketuanya, Jendral Tantawi.

Karena Tantawi sudah 20 tahun bekerja untuk Mubarak, antara lain sebagai Menteri Pertahanan. "Seluruh Dewan Militer", kata Ronald Meinardus, "diduduki oleh orang-orang yang setia kepada Mubarak."

"Rejim Mubarak masih aktif," demikian diyakini Hamadi El-Aouni. Aparat keamanan dan dinas rahasia didominasi pendukung Mubarak. "Mereka masih mengendalikan apa yang terjadi di Mesir". Dan tentu saja mereka tidak ingin Mubarak dihukum. El-Aouni bahkan menduga lebih jauh, "Kontrarevolusi sedang berlangsung. Anak-anak muda yang menghidupkan revolusi kini dikriminalisasi dan digambarkan sebagai perusuh atau penjahat."

Di kalangan rakyat Mesir, ketertarikan akan pengadilan terhadap Mubarak memudar. Banyak warga Mesir, kata El-Aouni, tidak percaya lagi ada sidang yang jujur. Namun ada perbedaan pendapat tentang tindakan terhadap Mubarak.

"Sebagian mengatakan waktunya mendesak untuk mengadili Mubarak. Banyak yang berpendapat, hukuman mati sangat pantas," terang Ronald Meinardus. Tetapi banyak juga warga Mesir yang ingin mantan penguasa itu diberi grasi. "Mereka mengatakan, Mubarak dan keluarganya sudah cukup dihukum dengan penghinaan yang mereka alami."

Nils Naumann/ Renata Permadi

Editor: Christa Saloh-Foerster