1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jilbab di Indonesia

ap/yf19 Juli 2016

Pekan lalu banyak sekali respon yang masuk ke redaksi sehubungan dengan tema jilbab. Untuk itu kami membuka kesempatan lagi bagi Anda untuk berdialog.

https://p.dw.com/p/1JPRQ
Deutschland Frau mit Kopftuch
Foto: picture-alliance/F. May

Salam #DWNesia

Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, di Iran disebut chador, di India pardeh, di Libya milayat , di Irak disebut abaya, sementara di Turki disebut charshaf, di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman disebut hijâb. Demikian disampaikan Nong Darol Mahmada dalam tulisannya tentang sejarah jilbab pada edisi lalu.

Menyambung tulisan soal sejarah jilbab di Indonesia, Nong Darol Mahmada kali ini menuliskan opininya bagaimana jilbab dapat dipakai dan dipahami secara sehat sebagai ekspresi keyakinan dan kebebasan. Simak tulisannya dalam opini berikut : Jilbab Warna-warni

Sementara itu penulis Sumanto al Qurtuby memperingatkan, bahwa perempuan tak berhijab, tubuhnya tidaklah halal untuk dijamah, digerayangi, dan diperkosa. Ia menuliskan opini tersebut, mengingat banyak kalangan kerap mengaitkan antara bagaimana perempuan berbusana dengan pelecehan seksual bahkan perkosaan. Menurut Sumanto, logika berpikir semacam itu kontars dengan data ilmiah dan fakta. Simak penjelasannya dalam opini berjudul: Hijab, Aurat dan Perkosaan.

Sehubungan maraknya aksi teror di berbagi belahan dunia, dan terakhir terjadi di Nice, Perancis, yang menewaskan lebih dari 80 orang, #DWnesia kali ini juga mengangkat tema soal terorisme. Sebuah tulisan pengamat masalah terorisme Noor Huda Ismail hadir dengan judul: "Bagaimana Merangkul Mantan Teroris?"

Anda setuju dengan opini para penulis? Selamat berdiskusi, Sahabat DW…

Kami tunggu opini Anda di Facebook DW_Indonesia dan twitter @dw_indonesia.Seperti biasa, sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu. Salam #DWNesia