1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kosten sparen bei Flüchtlingsheimen

Sabrina Pabst30 September 2014

Banyak pemerintah lokal di Jerman ingin berhemat dalam pengelolaan asrama pengungsi dan menyewa jasa perusahaan swasta. Setelah skandal penganiayaan, praktek ini dikecam.

https://p.dw.com/p/1DNZV
Foto: picture-alliance/dpa/Federico Gambarini

Foto yang tersebar di media Jerman mengejutkan publik. Dua staf keamanan terlihat sedang menganiaya seorang pemohon suaka di asrama pengungsi di kota kecil Burbach. Kedua orang itu adalah pekerja perusahaan swasta, yang disewa untuk menjaga keamanan di sarana pemerintah. Polisi kini melakukan pengusutan.

Ternyata itu bukan satu-satunya kasus. Kini bermunculan laporan dari beberapa kota lain tentang kasus serupa. Pihak kejaksaan menerangkan, sampai kini ada empat orang yang sedang diperiksa.

Ada beberapa organisasi resmi di Jerman seperti Caritas atau Malteser yang mengelola asrama pengungsi. Di luar itu, banyak asrama pengungsi yang dikelola langsung oleh pemerintahan daerah. Karena keterbatasan dana dan pegawai, pemerintah lokal sering menyewa perusahaan swasta untuk melaksanakan pekerjaan itu.

Asrama pengungsi di Burbach misalnya, dikelola oleh perusahaan European Homecare. Menurut keterangan media, perusahaan ini dibayar untuk mengelola seluruhnya 17 asrama pengungsi di negara bagian Nordrhein Westfalen.

Untuk menghemat biaya, European Homecare menyewa subkontraktor lain, misalnya untuk penjagaan keamanan. Praktek ini yang sekarang mendapat sorotan luas.

Yang penting murah

Jurubicara kepolisian Sebastian Fiedler sudah lama mengeritik penggunaan jasa perusahaan swasta tanpa seleksi yang ketat. Masalahnya, perusahaan ini tidak mementingkan kualitas dan prosedur, tapi hanya ingin tenaga kerja murah.

""Dalam banyak kasus, tidak ada kontrol sama sekali tentang kualifikasi pekerjanya dan apa latar belakang mereka", kata Fiedler dalam wawancara dengan DW.

Gewalt auf Flüchtlinge
Foto: Polizei NRW/dpa

Dalam kasus Burbach, dua staf keamanan yang diperiksa ternyata malah pernah berurusan dengan polisi. Menurut laporan stasiun siaran WDR, kedua orang itu tercatat di kepolisian karena terlibat penyalahgunaan obat bius dan tindakan kekerasan.

"Yang jadi korban sekarang justru pengungsi sudah mengalami penderitaan panjang sebelumnya. Mereka datang ke Jerman untuk mencari perlindungan dan meminta suaka politik. Tapi justru negara Jerman ternyata tidak mampu menjamin keamanan mereka," tutur Fiedler.

Bisnis menguntungkan

Kepala Serikat Pekerja Polisi, Rainer Wendt, menuntut agar pemerintah daerah sekarang mengambil alih masalah keamanan di asrama pengungsi. Kepada stasiun televisi ZDF ia mengatakan, semua tugas pengamanan seharusnya dilakukan langsung oleh pegawai pemerintah.

Tugas negara seperti ini malah diberikan kepada perusahaan swasta, yang pada gilirannya menyewa subkontraktor untuk menekan biaya. Ini kesalahan besar, karena tidak ada kontrol lagi untuk standar-standar kerja," kata Wendt.

Menurut laporan WDR, perusahaan European Homecare bisa berkembang cepat, karena mempekerjakan pegawai tanpa pendidikan dan pelatihan memadai untuk tugas pengamanan dan pekerjaan sosial. Padahal, sesuai perjanjian dengan pemerintah negara bagian Nordrhein Westfalen, untuk pengelolaan asrama pengungsi harus ada pekerja sosial terdidik dan ahli psikologi.

European Homecare dalam pernyataan resminya meminta maaf atas kejadian itu dan menyatakan, banjirnya jumlah pengungsi membuat beberapa standar kerja tidak diperhatikan. Seorang jurubicara menegaskan, perusahaan itu sedang menyusun aturan standar baru yang akan segera diterapkan.

Pemerintah lokal di Burbach menuntut agar European Homecare paling sedikit menuntut surat kelakuan baik dari polisi bagi para pegawainya dan membayar upah minimum.