1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penghormatan Negara bagi Mao Zedong

cp/rzn (ap, dpa, afp)26 Desember 2013

Para petinggi Cina membungkukkan badan di hadapan patung Mao Zedong memperingati 120 tahun hari kelahirannya. Presiden Xi Jinping memberi penghormatan dengan mengunjungi makam Mao di Lapangan Tiananmen.

https://p.dw.com/p/1AgyS
Foto: imago/China Foto Press

Sebagai pewaris sistem politik satu partai otoriter yang diberlakukan oleh Mao Zedong dan semua kamerad partainya, kepemimpinan Beijing saat ini terus berusaha memuliakan warisan Mao seraya menjanjikan reformasi pasar yang diperlukan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi yang melambat. Langkah yang kemungkinan besar dikecam Mao.

Menandai pendekatan hati-hati Partai Komunis Cina dalam merayakan hari kelahiran Mao, halaman depan harian People's Daily yang merupakan corong partai tidak menyebut apa-apa mengenai kelahiran Mao.

Namun di halaman tujuh, surat kabar tersebut memuja Mao sebagai seorang cendekiawan yang "merevolusi kaum proletar, ahli strategi dan teori" dalam sebuah tajuk yang memenuhi satu halaman. Tapi tajuk ini dilengkapi sebuah editorial yang mengatakan bahwa "cara terbaik memperingati" Mao adalah dengan meneruskan reformasi ekonomi yang dilancarkan oleh para penerusnya.

Pengawasan jejaring sosial

Jejaring sosial Cina dikawal sensor ketat atas beragam kritik terhadap Mao. Berbagai pesan yang mempertanyakan warisan Mao menghilang beberapa menit setelah dilayangkan. Namun pandangan kaum intelek liberal masih beredar luas melalui aplikasi pesan smartphone, WeChat.

"Berbicara tentang peninggalan Mao, setidaknya memuat pembungkaman opini publik, sebuah rezim tidak akan pernah terpilih, kerjasama yang harmonis antara tiga kekuatan pemerintah dan sederetan pemberlakuan hukuman yang semena-mena," tulis mantan penasehat pemerintah Bao Tong dalam sebuah esai yang disebarluaskan melalui WeChat.

Lencana Mao Zedong ini sangat populer di Cina pada masa Revolusi Kebudayaan
Lencana Mao Zedong ini sangat populer di Cina pada masa Revolusi KebudayaanFoto: picture-alliance/dpa

"Dan yang paling penting adalah kekuasaan yang memimpin segalanya," catat Bao. "Dengan kekuasaan, seseorang dapat memiliki tenaga kerja dan melawan kekuatan ratusan juta orang."

Abadi dalam uang kertas

Di bawah kepemimpinan Mao Zedong, Cina berjalan antara dorongan industrialisasi dan kampanye politik berdarah yang menewaskan puluhan juta orang hingga Mao tiada tahun 1976 dan generasi penerusnya mulai bereksperimen dengan pasar bebas.

Perayaan resmi hari kelahiran Mao menghindari diskusi spesifik mengenai peran penting Mao dalam tragedi pasca perang terparah Cina: kampanye the Great Leap Forward dan Revolusi Kebudayaan Proletar, yang berujung pada tewasnya jutaan warga akibat kelaparan dan penganiayaan. People's Daily mencatat bahwa partai menganggap kesalahan Mao dalam tahun-tahun terakhirnya berkuasa sebagai kesalahan yang diperbuat oleh seorang "Marxist dan revolusioner yang luar biasa."

Mao tetap menjadi simbol kuat di Cina. Ribuan turis lokal setiap hari mengantre untuk melihat mayatnya yang diawetkan. Potret dirinya menghiasi hampir seluruh uang kertas bernilai 1 hingga 100 Yuan, dan studio film Cina terus menelurkan film bioskop dan seri televisi yang menceritakan versi steril kehidupan Mao dan sejarah Partai Komunis Cina.

cp/rzn (ap, dpa, afp)