1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengungsi Afrika Berpaling dari Eropa

25 November 2009

Sejak Eropa menjadi benteng tak tertembus, pengungsi di Afrika kini mulai menyasar Amerika Selatan sebagai negara tujuan baru. UU Keimigrasian yang longgar membuat Brazil menjadi pilihan yang paling menjanjikan.

https://p.dw.com/p/KgGB
Pengungsi Afrika di Fuerteventura, SpanyolFoto: picture-alliance/dpa

Soal negara tujuan biasanya perkara sampingan. Yang terpenting bagi mereka adalah meninggalkan negaranya sendiri - secepat mungkin. Begitu Badan PBB untuk urusan pengungsi UNHCR menggambarkan situasi pelarian politik di Afrika.

Alasan yang menggerakkan para pengungsi biasanya perang atau ancaman politik. Tapi bagi sebagian yang lain mengungsi adalah urusan hidup atau mati.

Padahal para pengungsi harus membayar mahal ongkos perjalanan mereka ke negara tujuan. Di sejumlah negara perbatasan seperti Maroko, gelombang pengungsian membuka lahan bisnis baru yang ilegal, mulai dari ongkos transportasi, penginapan selama di perjalanan hingga penyewaan kapal.

Namun buat kebanyakan pengungsi, kenekatan adalah satu-satunya modal. Kebanyakan mencoba menyelusup ke dalam kapal kontainer dan bertahan dengan perbekalan seadanya. Renato Rerbini Leao dari Komite Pengungsi Brazil menyebutnya sebagai "pengungsi spontan."

Benteng Eropa

Dilihat dari letak geografis, Eropa merupakan wilayah tujuan terdekat sekaligus paling menjanjikan bagi para pengungsi di Afrika. Namun sejak Uni Eropa menugaskan Agensi FRONTEX yang bertugas menjaga perbatasan laut dari pengungsi, Eropa menjadi benteng yang sulit ditembus. Sejak saat itu pula negara-negara anggota Uni Eropa saling membantu mendeportasi para pengungsi.

Dampaknya kini mulai terlihat. Para pengungsi mendapati Amerika sebagai wilayah tujuan yang baru. Sejak beberapa bulan terakhir semakin banyak pengungsi dari Ethiopia, Somalia atau Eritrea yang terdampar Mexiko atau Guatemala.

A truck loaded with new refugees enters Zamzam refugee camp, outside the Darfur town of al-Fasher, Sudan, Thursday, March 19, 2009. Tens of thousands newly displaced Sudanese have arrived at the overcrowded refugee camp of Zamzam in the last several weeks. (AP Photo/Nasser Nasser)
Himpitan ekonomi atau ancaman politik merupakan alasan yang kerap ditemui pada sebagian besar pengungsi Afrika. Sebagian kini melirik Amerika Selatan sebagai negara tujuan baru.Foto: AP



Awalnya mereka hanya ingin menetap sementara untuk kemudian berangkat menuju Amerika Serikat, namun pada akhirnya sebagian besar menetap.

Di Argentina misalnya sejak delapan tahun terakhir hanya segelintir pengungsi yang tercatat, kini jumlahnya mencapai 3000 orang. Negara lainnya yang juga menjadi tempat tujuan pengungsi Afrika adalah Brazil, "kenanyakan berasal dari Angola lalu Kolumbia, Republik Kongo, Liberia dan Irak," ujar Zerbini.

Brazil sebagai tujuan baru pengungsian

Bahwa kini semakin banyak pengungsi Afrika yang melirik Brazil sebagai negara tujuan yang baru, bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya Brazil menawarkan banyak kemudahan bagi para pengungsi.

Setiap pengungsi yang memasukiwilayah Brazil dan membuat permohonan izin tinggal sementara, maka mereka akan mendapat protokol yang tidak bisa didapat di negara lain. Protokol itu memungkinan mereka untuk bekerja.

Jika statusnya sebagai pengungsi diakui oleh negara, üara pengungsi bahkan dapat menikmati hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara biasa, seperti menggunakan jasa publik seperti rumah sakit atau sekolah.

Jika Birokrasi di Eropa membagi-bagi pengungsi berdasarkan negara asal untuk menganalisa situasi kemanan di negara tersebut, pemerintah Brazil sebaliknya berupaya mempermudah proses penerimaan.

Namun mendapat akses tak terbatas menuju pasar tenaga kerja tidak serta-merta berarti mendapat pekerjaan. Dengan tingkat pengangguran yang mencapai angka delapan persen serta angka kriminalitas yang melangit membuat keseharian bagi para pengungsi menjadi lebih sulit.

"Kesulitan yang dihadapi para pengungsi adalah sama dengan yang dihadapi warga Brazil sendiri. Mereka harus mengantri di Rumah Sakit atau untuk mendaftarkan anak-anaknya ke sekolah umum," ujar Zerbini.

Marta Barroso/Rizki Nugraha

Editor: Agus Setiawan