1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penjualan Senjata ke Timteng

Benjamin Knight24 April 2013

Amerika Serikat menjanjikan penjualan senjata senilai 10 miliar dolar kepada Israel dan dua negara Arab. Pengamat menilai langkah ini sebagai tekanan terhadap Iran.

https://p.dw.com/p/18MA6
Chuck Hagel (L) and Benjamin Netanyahu hold a joint news conference in Jerusalem April 23, 2013. REUTERS/Jim Watson/Pool
Chuck Hagel dan Netanyahu di JerusalemFoto: Reuters

Dalam kunjungannya ke Israel awal minggu ini, Menteri Pertahanan Israel Chuck Hagel mengungkapkan rencana penjualan peralatan militer senilai 10 miliar dollar ke Israel dan dua negara Arab, yaitu Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab.

Amerika Serikat antara lain akan menjual pesawat pengisi bahan bakar jenis KC-135 dan pesawat pengangkut pasukan V-22 Osprey. Amerika juga akan memasok roket untuk pesawat tempur Israel. Semua peralatan ini bisa memperkuat angkatan udara Israel dalam operasi militer ke negara lain, misalnya ke Iran.

”Ini adalah salah satu paket penjualan senjata yang paling kompleks dan dipersiapkan dengan dengan cermat”, kata seorang pejabat militer AS yang menolak disebut namanya. ”Ini bukan hanya bisnis penjualan senjata ke Israel, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Ini adalah hasil diplomasi intensif dalam bidang pertahanan”.

Ketika memulai kunjungan kerja ke Timur Tengah, yaitu ke Israel, Yordania, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Mesir, Chuck Hagel memang sudah menyatakan bahwa penjualan senjata AS akan merupakan ”sinyal yang jelas” kepada Iran.

”Substansinya adalah, Iran merupakan ancaman. Iran ancaman yang nyata”, kata Hagel. Ia menandaskan, tujuan utama AS adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir. Ia menyebut Iran sebagai sebuah negara yang berbahaya karena punya ambisi nuklir dan mendukung terorisme.

Dukungan Untuk Israel

”Ini adalah sebuah deklarasi politik,” kata Yiftah Shapir, peneliti senior di Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv. ”Ini menegaskan lagi hubungan antara Israel dan Amerika Serikat”.

Pengumuman transaksi peralatan militer ini dilihat sebagai langkah untuk mengubah citra Chuck Hagel. Selama ini Menteri Pertahanan AS itu disebut-sebut terlalu lunak terhadap Iran dan tidak cukup mendukung Israel. Ketika menjalani tanya jawab di Senat sebelum diresmikan menjadi Menteri Pertahanan bulan Februari lalu, Hagel menghadapi kritik karena berbagai pernyataan kritisnya terhadap Israel.

”Sebelumnya ada banyak kekhawatiran di Israel terhadap pribadi Chuck Hagel”, kata Yiftah Shapir kepada Deutsche Welle. ”Jadi penting bagi AS untuk menegaskan pemasokan senjata kepada Israel dan bahwa mereka mendukung Israel.”

Yossi Mekelberg, pengamat politik dari Chatham House di London menekankan, pemasokan peralatan militer berlaku untuk jangka panjang. ”Ini tidak akan segera terjadi dalam sekejap”, kata Mekelberg kepada DW. ”Ini bukan sekedar perjanjian pemasokan peralatan. Perlu ada pelatihan untuk pilot. Harus ada organisasi untuk logistik dan pelatihan teknis.”

”Tentu saja Iran akan melihat ini sebagai ancaman, tapi ini bukan hal baru”, kata pengamat politik Yiftah Saphir. ”Ketegangan antara Israel dan Iran sudah diketahui umum, dan Amerika Serikat ada di belakang Israel”. Ia menambahkan, Amerika Serikat juga akan menegaskan kepada Israel agar tidak mengambil tindakan terhadap Iran tanpa lebih dulu berkonsultasi.