1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pepsi Dkk. Tolak Umbar Rantai Pemasok Sawit

19 Maret 2018

Sejumlah perusahaan multinasional enggan menjabarkan rantai pemasok sawit di Indonesia. Permintaan tersebut dilayangkan menyusul komitmen mereka untuk tidak lagi memakai sawit yang diproduksi lewat pengrusakan hutan

https://p.dw.com/p/2uZf6
Cola Pepsi Light Diet
Foto: picture alliance / ZB

Organisasi lingkungan hidup, Greenpeace, mengatakan sejumlah perusahaan multinasional menolak membuka asal usul minyak sawit yang mereka gunakan menyusul kekhawatiran konsumen terkait penggundulan hutan tropis. Dari sebanyak 16 perusahaan makanan, hanya delapan yang memaparkan produsen dan pemasok minyak sawit, sementara sisanya membisu.

Greenpeace mengritik industri makanan internasional "terlalu lambat" mewujudkan komitmen lingkungan yang ditandatangani pada 2010 untuk tidak lagi menggunakan komoditas sawit yang diproduksi lewat penggundulan hutan hingga 2020. Namun ketika perusahaan-perusahaan itu ramai memamerkan komitmen mereka kepada konsumen, "mereka gagal mengimplementasikan komitmen tersebut," tulis Greenpeace.

Tekanan internasional terhadap produk sawit Indonesia menguat menyusul deforestasi dan alih fungsi hutan yang dianggap merusak lingkungan. Pemerintah Indonesia sejauh ini bersikap agresif melawan kritik terhadap produk sawit nasional dan menyebutnya sebagai kampanye hitam. Padahal Indonesia telah kehilangan 24 juta hektar hutan antara 1990-2015.

"Celakanya pengrusakan hutan tropis di Indonesia untuk perkebunan sawit tidak menunjukkan indikasi melambat," tulis Greenpeace lagi. Klaim tersebut didukung data World Wide Fund yang mewanti-wanti Kalimantan akan kehilangan enam juta hektar hutan hingga 2020 dengan laju deforestasi saat ini.

Baca: Dokumen Rahasia: Industri Sawit Indonesia Tekan UE Longgarkan Standar Lingkungan

Baca: Studi: Populasi Orangutan Menyusut Drastis di Kalimantan

Minyak sawit adalah jenis minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia. Saat ini 65% minyak nabati yang dijual di pasar internasional merupakan minyak sawit. Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak sawit terbesar sejagad berniat menggandakan kapasitas produksi hingga 2020.

Sejatinya industri makanan telah berkomitmen menggunakan sawit bersertifikat resmi untuk bahan baku produksi. Namun Greenpeace meyakini tidak semua  perusahaan mengikuti kesepakatan tersebut. Dari 16 perusahaan multinasional, Ferrero, Hershey, Kellogg's, Kraft Heinz, Johnson & Johnson, Pepsi, PZ Cussons dan Smucker menolak memberikan informasi seputar sumber minyak sawit yang mereka gunakan.

Industri makanan berdalih minyak sawit yang digunakan kebanyakan telah mengantongi sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang juga mengadopsi konsep konservasi lingkungan. Namun standar yang ditetapkan RSPO terkait isu lingkungan dan sosial dinilai tidak cukup untuk menjawab masalah emisi gas rumah kaca dan pemanasan global.

"Pedagang minyak sawit, biasanya perusahaan yang juga punya kepentingan di perkebunan, masih membeli sawit dari produsen yang terbukti merusak hutan" tulis Greepeace.

rzn/yf (ap, mongabay, guardian, kompas)