1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Kembali Berkecamuk di Suriah

28 April 2016

Gencatan senjata di Suriah berakhir dengan serangan serdadu pemerintah terhadap kota Aleppo. PBB melaporkan satu nyawa melayang setiap 25 menit dalam dua hari terakhir. Perundingan damai kini menemui jalan buntu.

https://p.dw.com/p/1IeRq
Syrien Anschlag Aleppo
Foto: Reuters/A. Ismail

Mobilisasi serdadu yang disusul dengan pertempuran sengit di utara Suriah menandai berakhirnya gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Februari silam. Dengan mandeknya perundingan damai di Jenewa, perang antara pemerintah dan pemberontak akan kembali memanas.

Sekitar 200 warga sipil meninggal dunia selama sepekan terakhir di Suriah, kebanyakan di kota Aleppo. Menurut Utusan Khusus PBB, Staffan de Mistura, dalam 48 jam terakhir satu nyawa melayang setiap 25 menit dan satu orang luka-luka saban 13 menit.

Aleppo diyakini akan menjadi medan perang terbesar, menurut seorang tokoh pemberontak kepada kantor berita Associated Press. Pemerintah Suriah saat ini telah mempersiapkan serdadu, persenjataan dan amunisi untuk menghadapi perang terbuka di Aleppo, kata Mayor Jamil Saleh, salah satu komandan Free Syrian Army.

Saleh mengklaim pihaknya menjawab manuver Assad dengan mengirimkan pasukan ke Aleppo. Ia menyebut serangan udara dan artileri oleh pasukan pemerintah terhadap kota di utara itu sebagai "persiapan" menjelang operasi militer berskala besar.

Eskalasi konflik di Suriah mendorong de Mistura untuk mendesak Amerika Serikat dan Rusia agar mengusahakan insiatif damai "di level tertinggi." Terlebih ia menuntut pasukan pemerintah menghentikan operasi militer.

"Bagaimana anda bisa memulai perundingan damai jika yang anda dengar cuma berita pemboman?" pungkasnya.

"Perang akan berkecamuk lebih dahsyat," tutur Hilal Khashan, Professor Politik di American University di Beirut. "Saya kira kita akan menyaksikan eskalasi kekerasan sebelum perundingan damai bisa dimulai."

rzn/hp (ap,dpa)