1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perbedaan Sepakbola Perempuan dengan Lelaki

14 Juli 2011

Sepakbola perempuan di Jerman naik pamor berkat Piala Dunia Perempuan 2011. Spanduk-spanduk di jalanan memamerkan pemain-pemain muda, begitu juga iklan-iklan di televisi. Meski animonya tidak seramai Piala Dunia 2006.

https://p.dw.com/p/11viv
Foto: picture alliance/dpa

Memang permainan dan peraturan yang digunakan dalam sebuah pertandingan sepakbola perempuan tidak beda layaknya pertandingan sepakbola lelaki. Namun ternyata masih ada sejumlah perbedaan yang jelas terlihat. Yang tentunya menentukan kelas permainan di mata pecinta sepakbola.

Kecepatan permainan berbeda

Kecepatan permainan kerap dikeluhkan pecinta sepakbola lelaki. Bek tim perempuan FC Köln, Charline Hartmann, mengaku kekurangan dalam kecepatan berusaha ditutupi para pemain sepakbola perempuan dalam kemampuan teknis. "Permainan perempuan lebih lambat secara fundamental. Namun bola lebih lama dimainkan. Kalau di pertandingan lelaki, selalu ada interupsi seperti pelanggaran atau permainan agresif. Kasus yang jarang ditemukan di sepakbola perempuan. Saya rasa kalau kami secepat lelaki, kami akan bermain lebih baik karena kami lebih unggul dalam teknik," tegas Hartmann.

Permainan lambat bukan disebabkan kurangnya latihan. Bahkan banyak pemain sepakbola perempuan yang memulai karir di usia dini dengan bermain di tim anak-anak laki. Mereka cukup kompetitif, namun pada satu titik, para pemain laki menjadi lebih kuat dan lebih cepat. Seperti diungkapkan striker Köln berusia 21 tahun, Yvonne Zielinsky, "Saya selalu ingin menjadi lebih cepat, dan untuk beberapa saat saya bisa mengimbangi. Namun seiring pertumbuhan, anak-anak laki menjadi lebih cepat dan saya tidak bisa lagi mengimbangi mereka."

Faktor fisiologis berperan

Perbedaan dalam kecepatan dan kekuatan antara perempuan dengan lelaki di lapangan hijau disebabkan perbedaan fisiologis antara kedua gender. Hans-Jürgen Tritschoks, salah satu pelatih tim perempuan tersukses di Jerman, yang juga seorang profesor di Akademi Olahraga Jerman di Köln, menjelaskan, "Semata-mata karena perempuan kebanyakan 10 sampai 15, atau bahkan 20 persen di belakang lelaki dalam hal volume jantung, massa otot dan volume darah. Tentu ini berpengaruh bagi permainan sepakbola perempuan."

Pelatih FC Köln Markus Kühn menilai tidak semua aspek fisik bisa diterapkan dalam melatih tim sepakbola perempuan. Tapi ada juga sejumlah aspek yang perlu ada dalam melatih tim perempuan. "Kami menyebutnya perbincangan pemanasan. Sepuluh atau 15 menit di awal latihan, para pemain perempuan diberikan waktu untuk ngobrol dan memberitahu satu sama lain mengenai hari-hari mereka sebelum betul-betul latihan."

Namun tetap saja, pada akhirnya etika kerja yang kuat tidak cukup untuk menarik penonton ke stadion. Meski Piala Dunia Perempuan FIFA 2011 tergolong sukses, statistik menunjukkan kalau pecinta sepakbola masih lebih tertarik dengan permainan cepat dan agresif lelaki dibandingkan permainan perempuan yang baik secara teknik dan estetika. Rata-rata penonton Bundesliga mencapai lebih dari 40 ribu orang. Sedangkan penyelenggara liga nasional perempuan sudah cukup puas melihat 4 ribu suporter memasuki stadion.

Matt Zuvela/Carissa Paramita

Editor: Renata Permadi