1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Perempuan Indonesia 'Otak' Di Balik Blockchain Zoo

7 Maret 2018

Blockchain -teknologi pencatatan transaksi terintegrasi modern diklaim punya tingkat keamanan tinggi dan sangat sulit diretas. Perkenalkan seorang perempuan Indonesia ‘otak‘ Blockchain Zoo.

https://p.dw.com/p/2tsUE
Pandu Sastrowardoyo
Pendiri Blockchain Zoo, Pandu Sastrowardoyo Foto: P. Sastrowardoyo

Tak hanya bermodal otak encer, namun juga kerja keras, Pandu Sastrowardoyo mendirikan dan menjadi Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo. Ia membuktikan perempuan bisa menguasai dunia teknologi informasi. Bagaimana kisah sukses perempuan ini hingga bisa membangun perusahaan yang bergerak di bidang informasi teknologi, yang selama ini sering dicap sebagai ranah profesi pria?

DW: Bagaimana kisah karier Anda hingga bisa membangun Blockchain Zoo?

Pandu: Awalnya saya sebenarnya  studi teknologi informatik lingkungan. Kemudian setelah lulus, saya malah bekerja di bidang pemasaran. Saya bekerja di perusahaan-perusahaan, seperti P&G dan Sampoerna. Namun karena minat saya besar di bidang teknologi informasi, saya kemudian bekerja untuk IBM selama beberapa tahun, sebelum akhirnya tahun 2017 saya bertekad mendirikan Blockchain Zoo. Meskipun baru, Blockcain Zoo sudah punya banyak klien baik dari dalam dan luar negeri, seprti FidentiaX dan Tokenomy  serta bank-bak di daerah.

Blockchain adalah teknologi yang menjadi basis dari Bitcoin. Tapi blockcahin bukan Bitcoin, bukan untuk mata uang. Teknologi peer to peer  dengan enskripsi ini memungkinkan berbagai pihak bekerja sama. Misalnya bank-bank daerah,  yang ingin bekerjasama, datanya disebar ke semua bank yang berpartisipasi dalam Blockhain, tak lagi hanya di salah satu bank yang jadi server. Nah ini penting, karena tiap bank biasanya punya agenda sendiri, sehingga tak mau memberi data ke bank lain. Dengan menggunakan teknologi Blockchain,  bank bisa menjaga datanya sendiri namun tetap bisa bekerjasama dengan pihak-pihak lain secara setara. Sehingga kerjasama jadi bisa lebih baik.

Penerapannya berupa sistem server sendiri dari masing-masing bank, yang diikat  Blockchain. Blockchain menjanjikan efisiensi dan transparansi. Teknologi ini dapat mendesentralisasi kepercayaan dari pihak yang menerapkan sistem tersebut. Blockchain juga dapat digunakan oleh berbagai sektor selain perbankan, yang membutuhkan proses pencatatan dan validasi.

Bagaimana peran perempuan Indonesia di bidang teknologi informasi?

Sebenarnya perempuan Indonesia punya potensi besar di bidang teknologi informasi. Dari pengalamanku di kampus, banyak  perempuan sekolah di bidang ini. Tapi ektika masuk ke dunia kerja, jumlah perempuan di bidang ini menyusut.

Sebenarnya dengan perkembangan teknologi yang mengarah ke media sosial, sebenarnya perempuan punya potensi besar karena bagaimana kita bekerja di dunia teknologi berbeda sekarang ini dibanding dulu. Perempuan lebih banyak menggunakan media sosial.  Postingan di Facebook lebih banyak dibuat perempuan, perempuan menghasilkan lebih banyak data dibanding kaum pria. Perempuan menciptakan tren media sosial. Dunia teknologi memang menciptakan tren, tren tersebut muncul karena kontribusi perempuan. 

Perempuan juga aktif di E-commerce. Lihat, banyak sekali perempuan yang berjualan di instagram. Mereka sangat aktif. Blockchain harus punya komunitas. Dulu komunitasnya geek atau coders, namun kini komunitasnya terdiri dari semua bagian dari masyarakat.

Anda seorang pendiri perusahaan di bidang teknologi informasi. Sebagai perempuan, apakah ada diskriminasi gender yang begitu terasa di dunia teknologi informasi?

Ada. Saya sebagai perempuan sering dianggap tidak mengerti. Misal dalam suatu rapat, setelah saya menjelaskan sesuatu, baru orang-orang lain di forum yang menyatakan keterkejutannya atas pengetahuan saya di bidang ini. 

Pernah juga ketika saya bekerja sama dengan pakar teknologi informasi, orang.orang mengira bahwa saya kekasih pakar tersebut. Mereka berasumsi saya sampai di tingkat setinggi ini, bukan karena ketrampilan saya, melainkan karena hubungan saya dengan laki-laki yang menguasai dunia ini. Padahal hal itu tidak betul sama sekali.

Baca juga:

Gejolak Mata Uang Kripto Bitcoin yang ‘Bikin‘ Pusing

Demam Bitcoin: Cara Cepat Jadi Miliarder Dengan Uang Digital?

Hambatan apa yang terbesar bagi perempuan Indonesia untuk bisa maju?

Mungkin dimulai dengan cara berpikir. Misal, dari kecil anak perempuan tidak disuguhkan dengan mainan yang membuka inspirasi untuk maju. Misalnya yang diberi mainan Barbie, yang paling maju paling-paling Barbie yang jadi pilot. Atau untuk mainan seperti komputer atau gadget, lebih dulu diperuntukkan pada anak laki-laki ketimbang perempuan. Itu yang pertama. Padahal pakar teknologi informasi yang pertama adalah perempuan.

Kedua, perkembangan kelompok-kelompok garis keras membatasi perkembangan perempuan. Ini jadi tantangan terbesar bagi perempuan yang mencari kesetraaan. Bukan hanya dengan pengaturan cara berbusana, namun juga untuk hal lain, larangan perempuan untuk jadi pemimpin, misalnya. Pandangan garis keras membuat perempuan tak bisa kembangkan diri karena banyaknya batasan. Oleh sebab itu kami mendirikan kantor pun di Bali, untuk menjauhkan dari dari kelompok-kelompok ekstremisme.

Apa solusinya agar perempuan Indonesia bisa maju?

Perusahaan-perusahaan seharusnya membuka kesempatan lebih luas bagi perempuan-perempuan untuk bisa maju. Misalnya  dengan memberi kesempatan perempuan bisa bekerja di rumah, jika memang pekerjaan itu bisa dilakukan di rumah, misalnya coding atau programing. Mengapa harus di kantor, di rumah pun bisa sehingga perempuan juga masih bisa tetap mengurus anak misalnya. Sejumlah perusahaan besar, termasuk dimana saya perneh bekerja telah mempraktikkan itu. Moga-moga di perusahaan-perusahaan lainpun mau juga menerapkannya.

(Penulis : Ayu Purwaningsih/rzn)