1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pergantian Pemerintahan di Norwegia

Agus Setiawan10 September 2013

Kubu konservatif kanan memenangkan pemilihan umum di Norwegia. Erna Solberg akan menjadi Perdana Menteri baru menggantikan Jens Stoltenberg.

https://p.dw.com/p/19exI
Norway's main opposition leader Erna Solberg of Hoyre speaks to party members in Oslo September 9, 2013.
Erna Solberg, NorwegiaFoto: Reuters

Pemerintah koalisi kiri pimpinan Perdana Menteri Jens Stoltenberg mengalami kekalahan dalam pemilihan parlemen di Norwegia. Aliansi konservatif kanan yang terdiri dari empat partai menurut perhitungan sementara berhasil merebut 96 dari seluruhnya 169 kursi di parlemen. Untuk mencapai mayoritas di parlemen, hanya dibutuhkan 85 kursi.

Stoltenberg yang memerintah sejak 2005 menerima kekalahan itu Senin malam (09/9). "Kami tahu ini adalah tugas berat. Kami gagal mencapai suara mayoritas," katanya. Koalisi kiri yang terdiri dari tiga partai hanya berhasil merebut 72 kursi.

Mengakui kekalahan

"Sebagaimana tradisi di parlemen Norwegia, pemerintahan saya akan mengundurkan diri sesudah presentasi susunan anggaran di parlemen 14 Oktober mendatang, dan ada basis untuk pembentukan pemerintah yang baru.", kata Stoltenberg.

Di bawah pimpinan Stoltenberg, Norwegia berhasil luput dari kisis keuangan yang melanda Eropa. Tapi kebanyakan pemilih menganggap kemajuan ekonomi bukan hasil kerja Stoltenberg, melainkan karena Norwegia memang negara kaya minyak. Penggunaan penghasilan dari penjualan minyak menjadi tema utama dalam kampanye.

Partai Buruh pimpinan Stoltenberg memang masih menjadi fraksi terkuat di parlemen dengan sekitar 30,8 persen suara, tapi tidak cukup kuat untuk membentuk koalisi pemerintahan.

Partai konservatif Hoyre pimpinan Erna Solberg merebut 26,9 persen suara, sementara kelompok populis kanan Partai Kemajuan merebut 16,3 persen suara. Bersama dengan dua partai kecil lainnya, Partai Kristen Demokrat dan Partai Liberal, kubu konservatif menguasai 96 kursi.

Pemerintah baru berhaluan kanan

Di hadapan pendukungnya, Erna Solberg yang berusia 52 tahun menyebut kemenangan kubu konservatif sebagai "kemenangan bersejarah". Namun masih belum jelas bagaimana perundingan koalisi akan berlanjut. Partai ketiga terbesar, Partai Kemajuan, harus dilibatkan dalam perundingan koalisi.

"Kami akan melakukan perundingan yang alot", kata Siv Jensen, Ketua Partai Kemajuan. Partai populis kanan ini sempat ditinggalkan pemilih setelah aksi pembunuhan oleh Anders Breivik yang menewaskan 77 orang. Breivik pada masa mudanya pernah menjadi anggota Partai Kemajuan. Partai ini menuntut pembatasan warga migran di Swedia dan berjanji membagikan lebih banyak keuntungan hasil minyak kepada rakyat.

Dua partai kecil, Partai Kristen Demokrat dan Partai Liberal, sampai kini menolak pembentukan koalisi dengan Partai Kemajuan. Kemungkinan, Erna Solberg dengan partainya Hoyer akan membentuk pemerintahan minoritas dengan Partai Kemajuan.

Solberg menyatakan, dalam beberapa hari mendatang, ia akan melakukan konsultasi dengan partainya, baru kemudian melakukan pembicaraan koalisi dengan berbagai pihak.

hp/ek (dpa, rtr)