1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perjanjian Lissabon Tinggal Selangkah Lagi

30 Oktober 2009

Uni Eropa hampir tiba pada tujuannya. Jika semua berjalan lancar, Perjanjian Reformasi Uni Eropa yang disebut Perjanjian Lissabon dapat segera berlaku.

https://p.dw.com/p/KJMc
Gambar simbol, masa depan Uni Eropa dan Perjanjian LissabonFoto: AP

Pada akhir hari pertama KTT di Brussel, Belgia, Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barosso dengan gembira menyampaikan, "Malam ini kami mencapai kesepakatan yang sangat penting. Tahukah Anda, perjanjian baru ini mengingatkan saya pada sebuah maraton, tapi maraton dengan rintangan. Kami telah menyingkirkan rintangan politis terakhir, jadi Perjanjian Lissabon dapat segera berlaku."

Kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa menerima permintaan Ceko menarik penyebutan negara itu dari piagam hak-hak dasar. Presiden Vaclav Klaus yang dikenal skepsis terhadap Uni Eropa menyampaikan syarat tersebut baru-baru ini sebelum Ceko bersedia meratifikasi perjanjian reformasi Uni Eropa tersebut. Dengan itu ia ingin menutup kemungkinan bahwa warga Jerman yang setelah berakhirnya Perang Dunia II diusir dari bekas Cekoslowakia, berdasarkan pasal-pasal piagam tersebut kini dapat menuntut kembali hak atas kepemilikannya. Namun tanggal 3 November mendatang Mahkamah Tinggi Ceko harus lebih dulu menolak gugatan senator-senator konservatif terhadap Perjanjian Lissabon, sebelum perjanjian itu dapat berlaku akhir tahun 2009 ini.

Dalam perdebatan sengit masalah pembiayaan perlindungan iklim untuk negara-negara berkembang yang belum terselesaikan hingga hari pertama KTT Uni Eropa berakhir, tercapai kesepakatan. Sebagai persiapan menjelang Konferensi Puncak Iklim di Kopenhagen, Uni Eropa akan menyampaikan tiga tawaran kepada negara-negara lainnya di dunia, yang dikaitkan dengan persyaratan. Demikian dikatakan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown di Brussel.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Uni Eropa tetap akan menjadi pionir dalam perlindungan iklim, meskipun demikian hal ini tergantung pada kesediaan negara-negara lainnya untuk ikut memikul kewajiban serupa. "Saya pikir dari pertemuan puncak di Brussel terdapat pesan yang jelas yang juga akan membawa pembicaraan dengan Amerika Serikat, India, Cina. Kita ingin berhasil, kita perlu keberhasilan namun masih banyak hal yang harus dilakukan. Uni Eropa sudah melengkapi juru rundingnya dengan mandat yang kuat,“ lebih lanjut Angela Merkel.

Sementara itu, muncul nama-nama untuk mengisi jabatan presiden tetap pertama Dewan Eropa. Antara lain Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende atau mantan Kanselir Austria Wolfgang Schüssel. Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai calon presiden Uni Eropa menghadapi penolakan. Negara-negara kecil seperti Belgia, Belanda dan Luxemburg serta Austria menyampaikan pertimbangan dan meminta calon dari negara anggota pengguna mata uang Euro dan kawasan Perjanjian Schengen. Juga Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Zapatero mengatakan, "Saya ingin 'warga murni’ Eropa sebagai Presiden."

DK/YF/rtr/afp/kna