1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persiapan Peralihan Kekuasaan ke Generasi Ketiga di Korut

14 September 2010

Partai Komunis Korea Utara diperkirakan akan gelar musyawarah dalam waktu dekat ini. Pemimpin partai Kim Jong Il diduga mempromosikan putranya, Kim Jong Un sebagai penggantinya.

https://p.dw.com/p/PBgq
Patung pendiri Korut, Kim Il Sung di PyongyangFoto: AP

Ditampilkannya Kim Jong Un, putra pemimpin Korea Utara Kim Jong Il, tampaknya dikaitkan dengan semakin menurunnya kondisi kesehatan sang ayah. Demikian diungkapkan Werner Pfennig, pakar Korea Utara dari Freie Universität Berlin: "Sejak belakangan ini foto-foto pemimpin Korea Utara Kim Jong Il tidak lagi ditampilkan sebagai seorang pahlawan muda yang dinamis dan penuh semangat. Dia kelihatan sakit dan lemah. Karena di Korea Utara penampilan yang terbaik selalu diperhatikan, kami menyimpulkan, mereka memang hendak memperlihatkan bahwa pemimpin tertingginya tidak akan hidup untuk selamanya, dan dia tampaknya mempercepat proses penunjukan penggantinya."

Tetapi di luar negeri, sedikit sekali diketahui mengenai putra mahkota itu. Usia Kim Jong Un diduga mendekati 30 tahun. Satu-satunya foto yang ada hanyalah sebuah potret usang hitam putih yang menunjukkan seorang remaja muda usia 11 tahun yang sangat mirip dengan ayahnya. Kim Jong Un mengenyam pendidikan di Swiss dan dikatakan dapat berbicara bahasa Jerman, Inggris dan Perancis. Werner Pfennig: "Dia digambarkan sebagai seorang yang ramah dan menyenangkan. Seseorang yang mendamaikan pertengkaran antarsiswa di sekolah. Ia bisa sedikit berbicara sejumlah bahasa asing dan suka bermain bola basket. Tetapi semuanya ini tidak merupakan kriteria sebenarnya untuk memimpin sebuah negara. Juga tidak diketahui apakah ia diterima oleh kelompok elit, angkatan bersenjata dan partai di Korea Utara."

Ayahnya, Kim Jong Il yang berusia 68 tahun menekankan perlunya melakukan persiapan bagi "kebangkitan generasi penerus". Demikian diutarakan Kim Jong Il dalam lawatannya baru-baru ini ke negara tetangga dan mitranya China. Di sana ia mengunjungi tempat-tempat yang juga dikunjungi almarhum ayahnya, pendiri Korea Utara, bekas Presiden Kim Il Sung. Para pakar melihat kunjungan tersebut sebagai sinyal bagi penyerahan legitimasi pergantian kekuasaan kepada generasi selanjutnya, dari ayah kepada putranya.

Pada musyawarah Partai Komunis mendatang, Kim yunior kemungkinan akan ditunjuk untuk mengambil alih jabatan kepemimpinan partai dari Kim senior, dan akan bergabung dengan kelompok elit partai yang merupakan kalangan pembuat keputusan terpenting di negeri itu. Dengan demikian ia akan mengikuti jejak ayahnya Kim Jong Il yang menerima tahta warisan dari kakeknya Kim Il-Sung. Kembali Werner Pfennig: "Waktu itu penggantinya dinominasi saat pemimpin Korut masih berkuasa. Kim Il Sung kemudian perlahan-lahan menarik diri dari aktivitas politik dalam kurun waktu sekitar 20 tahun. Pada situasi saat ini, periode pergantian tentunya akan lebih pendek."

Pakar-pakar berpendapat bahwa sulit bagi para senior partai untuk mendukung Kim Jong Un mengingat faktor usia dan tidak adanya pengalaman politik. Karena itu diduga, ia akan mendapat kesulitan dengan militer. Tetapi, para pengamat juga berspekulasi bahwa Kim yunior akan cenderung berkooperasi dengan masyarakat internasional ketimbang ayahnya, mengingat pendidikan dan pengalamannya di luar negeri.

Pakar Korea Utara Werner Pfennig berharap, Kim Jong Un secara politik akan lebih pragmatis sehingga dapat membawa keuntungan bagi seluruh wilayah di Semenanjung Korea. Sementara itu, di perbatasan kedua negara, pengungsi dari Korea Utara dan aktivis Korea Selatan melepaskan balon-balon ke Korea Utara yang bertuliskan "Kami menentang penyerahan kekuasaan kepada generasi ketiga".

Anna Lehmann/Christa Saloh

Editor: Agus Setiawan