1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persiapan Referendum di Ukraina Timur

9 Mei 2014

Kelompok separatis di beberapa kota di timur melanjutkan rencana referendum hari Minggu. Sekalipun presiden Rusia Vladimir Putin sudah mengimbau agar pelaksanaannya ditunda. Siapa saja pemimpin separatis?

https://p.dw.com/p/1Bwo5
Foto: Getty Images

Sekelompok perempuan di kota Donetsk sedang sibuk menyiapkan plakat untuk referendum hari Minggu (11/05). Mereka bekerja dengan gunting, lem dan kertas selebaran yang baru selesai dicetak.

"Kami adalah relawan dan patriot. Kami lelah hidup dibawah ancaman fasis", kata Galina Gryukanova dengan gunting di tangannya. "Kami bekerja keras agar referendum bisa terlaksana dan suara rakyat bisa didengar."

Sekalipun pemerintah pusat di Kiev menentang, dan presiden Rusia Vladimir Putin meminta referendum ditunda, persiapan tetap dilanjutkan oleh kelompok separatis yang menamakan dirinya "Republik Rakyat Donetsk".

Kelompok pro Rusia di Luhansk juga menyiapkan referendum untuk merdeka dan bergabung dengan Rusia. Tapi masih belum jelas, bagaimana hal itu bisa dilaksanakan dan apa legitimasinya. Sebab sampai sekarang, belum ada daftar pemilih.

Banyak kalangan meragukan kemampuan panitia menyiapkan referendum untuk jutaan orang. Kotak suara harus disebar, lokasi tempat pemungutan suara harus ditentukan, dan bagaimana prosedur penghitungan suara bisa transparan? Padahal, pelaksanaan referendum tinggal dua hari lagi.

Mayoritas tolak pemisahan

"Hasilnya pasti legitim", kata Roman Lyagin, wakil dari panitia referendum. Dia mengaku panitia akan dibantu sekitar 15.000 relawan. Di kawasan Donetsk saja, ada sekitar tiga juga pemilih.

Menurut jajak pendapat lembaga penelitian Amerika, Pew Research Centre, 70 persen warga di Ukraina timur menolak pemisahan dan ingin Ukraina tetap menjadi negara kesatuan. Hanya 18 persen pemilih yang setuju memisahkan diri.

Bahkan di antara warga Ukraina yang berbahasia Rusia, hampir 60 persen tidak setuju kalau Ukraina pecah.

Apapun hasil referendum hari Minggu, pemerintah di Kiev sudah menyatakan tidak akan menerima aksi illegal itu. Juga Uni Eropa mengecam rencana referendum yang tidak punya dasar hukum.

Para tokoh separatis

Ada beberapa tokoh kunci gerakan separatis di Ukraina timur yang mendorong kawasannya memisahkan diri dari Kiev dan bergabung dengan Rusia.

Vyacheslav Ponomaryov, 49

Ponomaryov adalah pemilik pabrik sabun di Slovyansk. Ia menamakan diri sebagai walikota Slovyansk yang baru, ketika kelompok bersenjata menguasai gedung-gedung pemerintahan. Dia pernah menyatakan tidak akan bersalaman dengan "para penjahat" di Kiev, seperti menteri dalam negeri Arsen Avakov. Ia mengatakan akan menembak dirinya sendiri, jika pasukan Ukraina berhasil merebut Slovyansk.

Pavlo Gubarev, 31

Gubarev mengangkat dirinya sebagai gubernur "Republik Rakyat Donetsk". Dia sempat ditahan aparat keamanan Rusia bulan Maret, dan dibebaskan setelah ditukar dengan tiga serdadu Ukraina yang ditahan kelompok separatis. Gubarev adalah bekas petinju amatir. Ia muncul sebagai pemimpin separatis, ketika kelompok bersenjata menduduki gedung pemerintahan di Donetsk awal Maret.

Denis Pushilin, 33

Menyebut dirinya sebagai presiden "Republik Rakyat Donetsk". Dia anggota kelompok militan Polot. Pernah masuk militer lalu ikut kuliah ekonomi. Dalam sebuah buku yang diterbitkan November tahun lalu, dia mengatakan sedang menganggur. Ia mengaku bergabung dengan kelompok politik MMM, yang didukung oleh Sergei Mavrodi, bekas anggota parlemen Rusia yang dipenjara karena penipuan saham.

hp/rn (afp, rtr)