1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perspektif Afghanistan

Kai Küstner28 November 2012

Parlemen Jerman membahas jadwal penarikan pasukan dari Afghanistan. Banyak warga Afghanistan cemas memandang masa depan negaranya.

https://p.dw.com/p/16r20
Konvoi Polisi Afghanistan
Konvoi Polisi AfghanistanFoto: DW

Apa yang akan terjadi jika pasukan internasional meninggalkan Afghanistan? Pertanyaan ini yang sering dilontarkan warga di negara itu. Sampai sekarang, 200.000 tentara Afghanistan sudah menjalani pendidikan. Mereka dilatih dan disiapkan untuk mengamankan negaranya dalam perang melawan Taliban. Setelah 2014, kebanyakan pasukan asing akan meninggalkan Afghanistan.

Komandan pasukan di Kabul, Aminullah Patyani, berusaha optimis. ”Setelah 2014, semuanya akan normal saja. Situasi keamanan mungkin lebih baik. Musuh kami sekarang melakukan perang psikologis,” tutur Patyani dan menerangkan, masyarakat Afghanistan sudah lelah berperang. Mereka ingin perdamaian.

Tantangan Besar

Tapi kebanyakan pengamat justru khawatir dan menggambarkan masa depan yang suram. Organisasi International Crisis Group dalam laporannya menyebutkan, Afghanistan masih jauh dari kapasitas mengamankan sendiri negaranya. Bahkan negara itu bisa kacau setelah ditinggalkan pasukan internasional.

Polisi Afghanistan melakukan razia
Polisi Afghanistan melakukan raziaFoto: DW

Pengamat politik di Kabul, Abdul Waheed Wafa menerangkan, tantangannya memang besar. ”Kami pasti akan menderita, tidak hanya secara ekonomi. Jumlah korban pasti bertambah. Tapi negara ini tidak akan runtuh”, jelasnya. Dalam pandangan Wafa, Afghanistan sekarang sudah berubah. Pendidikan sudah lebih baik, masyarakat sipil mulai terbentuk, pers dan media sudah berfungsi. ”Kami tidak ingin kehilangan semua ini”, kata dia. Pertanyaannya: Apakah semua warga Afghanistan berpandangan demikian? Bagaimana situasi di daerah yang jauh dari ibukota Kabul setelah tahun 2014 nanti?

Berebut Pengaruh

Pengamat politik dari Afghanistan Analysts Network, Fabricio Foschini, punya pandangan pesimis. ”Yang saya khawatirkan bukan perang saudara di Kabul. Para elit politik kemungkinan bisa mencegah hal itu. Tapi saya cemas dengan kekerasan di kawasan pedalaman. Di sana banyak komandan yang saling berebut pengaruh. Di sana bisa terjadi hal yang lebih buruk,” tandas Foschini.

Senjata yang disita di Ghazni
Senjata yang disita di GhazniFoto: DW

Jumlah korban di kalangan aparat kemanan Afghanistan memang sangat tinggi. Setiap bulan, polisi dan tentara mencatat korban di kalangan mereka mencapai 500 orang yang tewas dan luka-luka. Angka ini menunjukkan perkembangan yang menakutkan bagi masa depan.

Perkembangan selanjutnya tergantung dari banyak faktor. ”Banyak hal tergantung dari perkembangan politik di Afghanistan. Juga peran negara-negara tetangga tidak bisa dianggap remeh. Pertanyaan yang menentukan: Seberapa baik kondisi aparat keamanan? Dan berapa kekuatan lawan mereka?” Demikian pengamat politik Fabricio Foschini. Perkembangan politik dan pemilihan umum mendatang akan menjadi tes penting.