1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Sengit Arab Saudi Dengan Iran Menjelang Sidang OPEC

2 Juni 2016

Arab Saudi terlibat debat sengit dengan Iran menjelang sidang OPEC soal politik minyak. Para produsen minyak khawatir Arab Saudi akan membanjiri pasar dan menekan harga terus merendah.

https://p.dw.com/p/1IyxD
OPEC Fahne Logo
Foto: picture-alliance/dpa

Wakil Arab Saudi mengatakan hari Kamis (02/06) di Wina, pihaknya tidak akan membanjiri pasar minyak dengan produksi berlebihan, seandainya perundingan OPEC gagal lagi.

Produsen minyak terbesar dunia ini ingin agar produksi minyak mentah dibatasi, sehingga harga minyak dunia bisa ditahan tinggi dan stabil. Semntara Iran menuntut agar produksi minyak secara bertahap di bebaskan.

Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu, ketika sidang OPEC gagal menyepakati target dan kuota produksi. Arab Saudi bersaing dengan Iran tidak hanya di sektor minyak, tapi juga di politik kawasan. Arab Saudi misalnya mendukung kubu pemberontak di Suriah, sementara Iran mendukung penguasa Bashar al Assad.

Beberapa sumber OPEC mengatakan, Arab Saudi dan negara-negara sekutunya di Kawasan Teluk ingin tetap ada sistem kuota untuk membatasi produksi minyak dan emnopang harga minyak yang cenderung terus turun.

OPEC Treffen in Wien
Sidang OPEC di Wina, Juli 2015Foto: Reuters/Bader

Kegagalan mencapai kesepakatan di Wina, Austria, dikhawatirkan akan membangkitkan lagi 'perang minyak' di pasar internasional, ketika setiap negara produsen melempar minyak ke pasaran tanpa koordinasi, sehingga penawaran menjadi berlebihan dan harga terus anjlok.

Kami akan sangat hati-hati dan memastikan tidak akan terjadi syok di pasar manapun", kata Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih kepada wartawan.

"Kami akan bertindak penuh tanggung jawab, tetapi kami juga akan mengantisipasi," kata Falih ketika ditanya apakah Arab Saudi bisa membanjiri pasar dengan minyaknya. Dia menambahkan, pihaknya siap mendengarkan suara Iran di meja perundingan.

Bulan April lalu, Arab Saudi menyatakan siap membekukan produksi minyaknya pada tingkat yang sekarang, hanya jika Iran juga membekukan produksi minyaknya.

Saudi-Arabien Erdölraffinerie
Kilang minyak di Arab Saudi, produsen minyak terbesar duniaFoto: picture-alliance/dpa

Kalangan pengamat menilai, jika tercapai kesepakatan antara Riyadh dan Teheran di Wina, itu saja sudah merupakan kejutan besar. Iran menuntut hak untuk bisa meningkatkan produksi minyaknya, terutama setelah sanksi ekonomi negara-negara Barat sudah diakhiri.

Menteri Minyak Iran, Bijan Zanganeh menjelaskan, negaranya menuntut kuota yang layak. "Tanpa kuota, OPEC tidak akan bisa mengendalikan apa-apa," katanya kepada wartawan. Dia bersikeras Teheran pantas mendapat kuota sampai 14,5 persen dari produksi OPEC secara keseluruhan.

Sidang OPEC di Wina juga akan memilih Sekretaris Jendral yang baru. Tiga nama disebut-sebut punya peluang baik: Ali Rodriguez Araque dari Venezuela, Mohammed Barkindo dari Nigeria dan Mahendra Siregar dari Indonesia.

hp/yf (afp, rtr, ap)