1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan ASEAN Buka Jalan Penyelesaian Konflik Laut Cina Selatan

20 Juli 2011

Penyelesaian konflik Laut Cina Selatan dimulai dari Bali. Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN hari Rabu (20/07), membuat kesepakatan penting sebagai jalan untuk menyelesaikan konflik di wilayah kaya minyak dan gas itu.

https://p.dw.com/p/1207p
Pulau Spratly di Laut Cina Selatan yang kaya minyak dan gas ini menjadi sumber konflikFoto: picture-alliance/dpa

Pemerintah Cina dan Vietnam, akhirnya sepakat menjalankan deklarasi etik atau Declaration of Conduct DOC tentang Laut Cina Selatan. Selain itu, kedua negara juga sepakat melanjutkan dialog mengenai detail pelaksanaan deklarasi tersebut.

Delegasi tingkat tinggi Cina yang diwakili Liu Zen Minh yang hadir dalam pertemuan itu menyatakan, negaranya siap menjadi tuan rumah untuk membahas penyelesaian konflik Laut Cina Selatan. Liu mengatakan „Ini adalah dokumen yang penting bagi Cina dan negara-negara ASEAN. Kini kami punya masa depan yang cerah dan menatap ke depan untuk kerjasama. Cina akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan berikutnya bagi Kelompok Kerja Regional ini pada akhir tahun. Dan kami akan menjabarkan lebih lanjut bentuk kerjasama ke depan“

Pimpinan delegasi Vietnam Pham Quang Vinh juga mengungkapkan kegembiraan atas prospek penyelesaian konflik Laut Cina Selatan. Dia menyebut, dialog damai ini konstruktif dan bisa memperkuat rasa saling percaya diantara negara-negara yang kini sedang bersengketa mengenai kawasan tersebut. Pham menilai, ini sebagai sebuah kesepakatan penting „Ini adalah sesuatu yang penting dan awal yang baik bagi kami untuk bekerja bersama, melanjutkan dialog dan mempromosikan perdamaian, stabilitas dan rasa percaya diri di kawasan. Melalui dialog masa depan yang konstruktif, kami telah sampai untuk menyepakati pedoman implemantasi DOC“

Kesepakatan awal antara Cina dan Vietnam ini akan dibawa dalam pertemuan para pejabat tinggi ASEAN dan Cina yang akan berlangsung besok di Nusa Dua Bali.

Menciptakan perdamaian di kawasan Laut Cina Selatan, menjadi prioritas yang disampaikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat menjadi ketua ASEAN. Sejak awal, Indonesia mendorong agar negara-negara yang berkonflik di wilayah itu segera menggelar dialog.

Konflik Laut Cina Selatan, yang terjadi sejak puluhan tahun lalu hingga kini masih belum selesai. Saling klaim terjadi antara Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan dan Cina yang menganggap kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan sebagai wilayah mereka. Pulau karang ini menjadi rebutan karena diduga kaya akan kandungan gas dan minyak bumi.

Konflik itu, menyebabkan ketegangan dan berpotensi menciptakan instabilitas politik di kawasan ASEAN. Apalagi, Laut Cina Selatan adalah jalur perdagangan laut penting di dunia, dan menjadi pintu masuk ke kawasan Asia Tenggara. Konflik berkepanjangan, dikhawatirkan tak hanya akan mengganggu keamanan, tapi juga perekonomian negara-negara ASEAN.

Penulis : Raditya Wardhana

Editor : Andy Budiman