1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Puncak NATO

19 November 2010

Pertemuan Puncak NATO di ibukota Portugal Lisabon, Jumat (19/11) dan Sabtu (20/11) menjadi sorotan media cetak Eropa.

https://p.dw.com/p/QDvk
Sekjen Anders Fogh Rasmussen pada saat pertemuan puncak NATOFoto: AP

Harian yang terbit di Wina Austria Kurier menyoroti Pertemuan NATO yang berlangsung di Lisabon. Dalam tajuknya harian ini berkomentar:

"Organisasi NATO hendaknya memprioritaskan diskusi ketimbang meningkatkan kekuatan militernya. Boleh jadi tidak lagi disegani, tapi terus mencapai tujuannya. Usaha negara-negara Uni Eropa untuk menangani masalah keamanan sendiri sampai sekarang terbukti gagal. Rasa ketakutan terhadap NATO sebagai penghasut perang yang selalu disampaikan kelompok kiri tidak beralasan. Penyelesaian secara militer setidak-tidaknya harus dipertimbangkan lagi. Keterlibatan penting pasukan militer NATO misalnya di Bosnia, Kosovo dan Afganistan untuk demokrasi Eropa dapat dibenarkan."

Sementara itu harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin mengomentari penetapan strategi baru NATO yang akan dibahas dalam Konferesi puncak di Lisabon. Harian ini menulis:

"Konsep strategi membawa NATO pada saat yang tepat. Konsep strategi diajukan terakhir di tahun 1999. Ketika itu NATO masih beranggotakan 19 negara, sekarang menjadi 28 negara. Dulu NATO tidak menghadapi permasalahan seperti aksi pembajakan kapal, aksi teroris islam, serangan Ciber di situs-situs internet yang mengancam sistem radar. Tidak diragukan lagi permasalahan yang terjadi di seluruh dunia tidak dapat hanya dipecahkan NATO dan juga tidak dapat diatasi dengan aksi militer. Oleh sebab itu persekutuan NATO berinisiatif mencari mitra. Misalnya pemerintah Rusia diundang untuk bergabung. Disinilah terletak dimensi sejarah yang sejati."

Sedangkan harian Belanda NRC Handelsblad mengomentari pentingnya organisasi NATO untuk memperbaharui prinsip kerjanya:

"Sesuai pernyataan sekretaris jendral NATO Rasmussen persekutuan NATO didasari konsep NATO 3 titik nol. Sampai akhir perang dingin organisasi NATO memusatkan perhatiannya terhadap bahaya nuklir dari Pakta Warsawa. Kemudian NATO memusatkan perhatian pada operasi perdamaian dan peredaan konflik ataupun mengembangkan organisasi NATO sendiri. Konsep Nato 3 titik nol harus fleksibel dan harus cepat dalam mengatasi aksi teroris, bahaya perluasan senjata atom di seluruh dunia, masalah pembajakan serta strategi perang di internet. Invasi NATO di Afganistan terancam tidak dapat mencapai jalan keluar dengan cepat. Organisasi NATO membutuhkan strategi ofensif untuk mencapai tujuan defensif."

Harian Jerman Tageszeitung yang terbit di Berlin mengomentari masalah ancaman teror yang mungkin terjadi di Jerman:

"Pemerintah Jerman di Berlin memperingatkan akan adanya serangan teror. Apa yang melatarbelakangi dikeluarnya peringatan itu? Apakah kemungkinan warga muslim di Jerman dicap sebagai teroris? Sampai saat ini tidak ada tanda-tanda adanya dugaan tentang teori komplotan. Menteri dalam negeri Thomas de Maizière menegaskan pernyataannya tidak disertai kata-kata yang memobilisir ideologi."

Terakhir harian Hamburg Hamburger Abendblatt mengomentari sosok Thomas de Maiziere sebagai menteri dalam negeri:

De Maiziere dipuji akan sikap hati-hatinya dalam menanggapi aksi teroris. Berhasil diungkapnya rencana aksi teror ini menyiratkan adanya tindakan berhati-hati pemerintah dalam menanggapi situasi ancaman teror dan menunjukkan kualitas penanggulangan teror yang baik. Hal ini bukanlah suatu kebetulan jika dari tahun 2005 tidak terbukti adanya lagi serangan teroris Islam di Eropa. Tidak ada keamanan yang absolut."

Ambar Braselmann/dpa/AFP

Editor: Asril Ridwan