1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat

5 Agustus 2014

Pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot ke tingkat paling lambat selama lima tahun terakhir, pada kuartal kedua, demikian data BPS, memperlihatkan tantangan ekonomi besar yang dihadapi presiden terpilih Joko Widodo.

https://p.dw.com/p/1CouY
Foto: imago/Caro

Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar Asia Tenggara itu tumbuh 5,12 persen selama tiga bulan terakhir hingga Juni, demikian pernyataan Badan Pusat Statistik (BPS), yang merupakan tingkat pertumbuhan tahunan paling lambat sejak kuartal terkahir 2009 dan dibawah perkiraan ekonomi sebesar 5,3 persen.

Kontribusi terbesar bagi pelambatan itu adalah larangan kontroversial atas ekspor mineral mentah, yang mulai diberlakukan pada Januari lalu dan menghantam sektor vital pertambangan, demikian pernyataan BPS.

Ekonomi Indonesia tumbuh sekitar enam persen selama beberapa tahun terakhir namun hal itu mereda dalam 12 bulan terakhir akibat melambatnya permintaan ekspor komoditas, dan kenaikan suku bunga pada 2013 selama terjadinya gejolak pasar.

Data mengecewakan itu memperlihatkan tugas berat yang menanti pemimpin baru Joko Widodo, Gubernur Jakarta berhaluan reformis yang telah berjanji menghidupkan kembali ekonomi Indonesia saat ia nanti mulai menjabat pada bulan Oktober. (Baca: Jokowi Tentang Prioritas Kerjanya)

Jokowi, telah bersumpah akan menaikkan pertumbuhan hingga tujuh persen dalam dua tahun, namun banyak ekonom yang menganggap target itu terlalu ambisius.

Pertumbuhan ekonomi tahun lalu 5,78 persen, merupakan yang paling lambat selama empat tahun terakhi.

Tantangan berat

Gareth Leather dari lembaga Capital Economics, hari Selasa (5/8) mengatakan data pertumbuhan itu memperlihatkan ”skala tantangan” yang dihadapi Joko Widodo.

“Harapan pemulihan sebagian besar bertumpu pada pemerintahan baru,” kata dia.

“Joko Widodo tentu telah menumbuhkan harapan bahwa dia akan bisa mengantarkan sebuah gelombang reformasi. Bagaimanapun, masih jauh dari jelas apakah presiden baru ini akan bisa memenuhi harapan tinggi para investor.“

Berbagai perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia telah sejak lama mengeluhkan kebijakan ekonomi yang nasionalistik, khususnya dalam sektor sumberdaya alam, korupsi yang merajalela, dan lemahnya infrastruktur.

Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini turun dari 5,2 persen dalam kuartal pertama.

Selain sektor pertambangan, pertumbuhan dalam sektor manufaktur – seperti produksi tekstil dan barang kerajinan kulit – juga melambat, kata kepala BPS Suryamin.

Namun data BPS menunjukkan konsumsi rumah tangga, pendorong utama pertumbuhan ekonomi, masih tetap kuat.

ab/ap (afp,ap,rtr)