1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertumbuhan 'Hijau' di Asia

15 Juni 2010

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Vietnam, Deutsche Welle mempertemukan pihak pemerintah dan perusahaan untuk mendiskusikan masa depan pertumbuhan 'hijau' di Asia.

https://p.dw.com/p/Nr9z
Foto: picture-alliance/ dpa

Polusi udara, kurangnya persediaan air minum, dan kota-kota yang terlalu padat penduduknya. Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah membawa banyak tantangan ekologi berat bagi Asia. Frans Muller, anggota dewan komisaris grup perusahaan Metro Jerman, mengakui ini adalah masalah yang serius. Tetapi ia juga menekankan, pertumbuhan ekonomi menguntungkan jika mencoba untuk menjadi lebih inovatif. "Asia bukan hanya sebuah tantangan, tetapi juga membuka peluang yang luar biasa. Anda bisa lihat, semakin banyak perusahaan internasional yang menempatkan pusat riset dan pengembangannya di Asia. Khususnya di Cina, Korea, dan Jepang. Banyak teknologi yang kini menjadi kekuatan Asia berkaitan dengan teknologi hijau. Interaksinya dapat terwujud. Ada banyak peluang antara sektor teknologi informatika di Asia yang sangat maju dan teknologi hijau. Jadi ada banyak kemungkinan, bahwa tantangan 'hijau' akan juga membawa pertumbuhan teknologi hijau ke industri di Asia."

Untuk mewujudkan potensi ini, peran pemerintah sangat diperlukan. Banyak pemerintahan di Asia seperti Cina dan Korea Selatan menjadikan pertumbuhan hijau sebagai prioritas kebijakannya. Wakil menteri lingkungan Korea Selatan Yoon Jong-Soo menjelaskan, apa yang telah dilakukan departemennya untuk melibatkan warganya. "Yang pertama adalah gerakan hijau, kampanye nasional. Kami harus mengubah gaya hidup kami agar lebih ramah lingkungan, lebih hijau. Kedua, sistem perhitungan karbondioksida. Jika setiap rumah tangga mengurangi emisi karbondioksida dan hemat energi, mereka akan memperoleh insentif dalam bentuk uang atau kupon. Ketiga, sistem pemberian label yang memberikan informasi tentang berapa banyak karbondioksida yang dikeluarkan dalam proses produksi, transportasi dan pembuangan sampah. Jadi, insentif sangat penting. Lebih penting dari peraturan."

Stuart Dean, pimpinan General Electric untuk kawasan ASEAN, memperingatkan bahwa kebijakan lain di Asia menghambat pertumbuhan di sektor hijau. Misalnya, pengembangan energi alternatif. "Menurut saya, masalah yang harus diamati sejak awal adalah subsidi bagi minyak dan gas bumi. Setidaknya setengah dari negara-negara di Asia masih memberikan subsidi bahan bakar yang berdampak pada harga listrik. Kami juga melihat, bahwa kelompok sosial ekonomi tertentu yang mendapat keuntungan dari subsidi ini. Tetapi menurut saya, ada jalan lain yang lebih baik untuk melakukan distribusi ulang pendapatan selain memberikan subsidi bagi semua orang yang menggunakan bahan bakar fossil." Dean menambahkan, Eropa memimpin penggunaan energi alternatif hanya karena pajak yang tinggi menyebabkan harga produk minyak sangat mahal. Baik pihak industri mau pun perwakilan pemerintah sepakat, terdapat potensi besar bagi kerjasama antara umum dan swasta dengan adanya pertumbuhan hijau.

Thomas Bärthlein / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan