1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perusahaan Malaysia Raup Untung dari Bisnis Sertifikat Halal

2 September 2016

Mulai 2017, produk makanan di Indonesia wajib memasang label halal atau tidak. Produk kosmetik menyusul tahun 2018, obat-obatan 2019. Yang saat ini meraup untung dari sertifikasi adalah konsultan online DagangHalal.com.

https://p.dw.com/p/1Juth
Screenshot daganghalal.com
Foto: daganghalal.com

Mulai tahun 2017, semua produk makanan yang dijual di Indonesia harus diberi label halal atau tidak, sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Inilah UU pertama di dunia yang mewajibkan label/sertifikasi sebuah produk sebagai halal atau tidak halal.

Perusahaan-perusahaan multinasional kosmetika dan perawatan tubuh, seperti L'Oreal, Unilever dan Henkel sudah mengantisipasi kewajiban label ini dan melempar produk-produk halal mereka ke pasaran. Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan menjadi pasar terbesar dunia bagi produk-produk yang diklaim halal.

Para produsen kosmetika dan perawatan menyatakan, labelisasi produk sebenarnya bukan masalah besar dari segi biaya, tapi yang rumit dan makan waktu serta biaya adalah administrasinya.

"Di beberapa bagian dunia, tren ini membuka peluang bisnis baru, yaitu para konsultan sertifikat, "kata Dirk Mampe dari perusahaan Kimia Jerman, BASF. Di Indonesia, BASF sudah punya sertifikat halal untuk 145 produknya.

"Memang ada tren, produk halal makin diminati konsumen. Jadi kepentingan untuk memasok produk berlabel halal juga meningkat", tambah Dirk Mampe.

Para produsen memang memperhitungkan pasar baru ini. Ada lebih 1,5 miliar umat muslim di seluruh dunia. Yang paling pesat meningkat adalah omzet sektor kosmetika. Menurut data Deloitte Tohmatsu Consulting, berbagai jenis kosmetika halal saat ini sudah menguasai 11 persen dari pasar halal global, yang tahun 2015 bernilai lebih dari 1 triliun dolar AS.

Deutschland Halal Siegel
Label Halal di JermanFoto: picture-alliance/dpa/P. Zinken

Sampai tahun 2019, omset produk perawatan tubuh akan "'tumbuh 14 persen per tahun" kata periset pasar TechNavio.

Raksasa kosmetik Prancis L'Oreal di Indonesia sudah punya pabrik bersertifikat halal, yang memasok pasar domestik dan kawasan Asia Tenggara. Sebagian besar produknya dijual dibawah merek Garnier, mulai dari pembersih muka sampai krim pencerah kulit yang bersertifikat halal.

Meraup untung dari sertifikasi

Tapi sertifikasi halal tidak selamanya mudah. Misalnya untuk krim kulit yang dibuat di Indonesia dengan campuran banyak bahan atau rempah-rempah lain yang harus diimpor dari luar negeri.

Otoritas sertifikasi halal di Indonesia menuntut produsen memberikan bukti-bukti halal dari semua pemasok bahan-bahan campuran itu. Bagi produsen, banyak hal jadi rumit dan makan waktu. Tapi makin konsumen yang memang mencari produk bersertifikat halal.

Sebuah perusahaan konsultan online di Malaysia memanfaatkan celah bisnis ini, dan menawarkan konfirmasi sertifikat halal dalam waktu cepat. DagangHalal membuat database di situsnya www.DagangHalal.com dengan ribuan produk yang bersertifikasi halal. Konsultannya juga menawarkan jasa kepada perusahaan untuk mendapatkan label halal di satu negara.

DagangHalal bekerja sama dengan lembaga-lembaga sertifikasi di berbagai negara. Menurut keterangan sendiri, DagangHalal saat ini bekerjasama dengan 38 lembaga sertifikasi dari berbagai.

DagangHalal juga menawarkan produk-produk itu lewat situdnya. Tahun 2015, perusahaan ini melaporkan pendapatan sekitar 5,6 juta ringgit Malaysia, atau senilai 1,4 juta dolar AS. Ini berarti peningkatan lebih dari 60 perseb dibandingkan angka tahun lalu.

DagangHalal tahun 2016 masuk ke bursa London dan berhasil mengumpulkan dana senilai 4,7 juta dolar AS dari penawaran sahamnya.

Memahami nilai-nilai lokal

Produk non-halal memang tetap akan ada di toko-toko di Indonesia, tapi omsetnya diperkirakan akan menurun.

"Rata-rata konsumen Muslim di Indonesia tidak membeli produk yang sudah menulis larangan di bungkusnya," kata Abdalhamid Evans dari Imarat Consultants.

Perusahaan raksasa Unilever mengatakan, semua 9 pabriknya di Indonesia sudah memenuhi standar halal. Unilever saat ini sedang berunding dengan pemasok untuk bahan-bahan yang harus diimpor.

Persaingan dengan produsen lokal memang bisa makin ketat dalam pemasaran produk-produk berlabel halal, terutama kalau berurusan dengan regulasi, kata Alan Jope, direktur divisi bisnis perawatan tubuh di Unilever. Tapi dia mengatakan dengan yakin, perusahaannya sudah memahami nilai-nilai muslim secara umum di kawasan pemasaran.

Dia mengatakan, sekitar 90 persen konsumen Muslim dalam survey memang menyebutkan, agama mereka menentukan pilihan produk yang mereka beli.

"Tapi ada perbedaan cukup besar antara wanita Muslim di Indonesia dan seorang wanita Muslim di Arab Saudi ketika menjalankan agamanya, dan itu ada pengaruhnya pada pilihan-pilihan produk kecantikan mereka," kata dia.

Unilever misalnya sudah memperkenalkan produk khusus seperti pasta gigi tahan lama bagi mereka yang sedang berpuasa di bulan Ramadan.

Saingan Unilever, Henkel, punya strategi serupa. Henkel menawarkan shampoo khusus untuk "rambut di bawah kerudung".

"Tapi kita masih perlu bekerja lebih baik dalam mencerminkan nilai-nilai Islam ketika berkomunikasi dengan pelanggan, "kata Alan Jope. Dia misalnya ingin agar iklan-iklan produk Unilever lebih banyak menggunakan gambar perempuan berjilbab.

hp/ap (rtr)