1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesan Natal: Harapan atas Perdamaian

25 Desember 2012

Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan Natal atas harapan akan tercapainya perdamaian. Termasuk bagi Suriah dan Nigeria. Sementara di Nigeria serangan terhadap gereja masih terjadi.

https://p.dw.com/p/178tu
Urbi et OrbiFoto: Reuters

Di hari Natal Selasa (25/12), dari balkon Basilika Vatikan, Paus Benediktus XVI menyampaikan pesan tradisional Natal “Urbi et Orbi“ (ke seluruh kota dan ke seluruh dunia), di hadapan puluhan ribu orang yang berhimpun di lapangan Santo Petrus dan jutaan pemirsa di televisi. Pria berusia 85 tahun itu mengunakan analogi Alkitab “tanah baik”, untuk menggarisbawahi pandangannya, bahwa harapan tidak boleh mati, bahkan dalam situasi yang paling mengerikan sekalipun.

Disebutkannya, “Bumi yang baik ini masih tetap ada dan hingga kini di tahun 2012, kebenaran di bumi ini telah muncul! Oleh sebab itu, masih ada harapan di dunia, harapan yang musti kita percayai, bahkan di masa sulit dan situasi paling susah.”

Vatican Swiss guards stand attention before Pope Benedict XVI delivers his "Urbi et Orbi" (to the City and to the World) in St. Peter's Square, at the Vatican, Tuesday, Dec. 25, 2012. Pope Benedict XVI has wished Christmas peace to the world, decrying the slaughter of the "defenseless" in Syria and urging Israelis and Palestinians to find the courage to negotiate. Delivering the Vatican's traditional Christmas day message from the central balcony of St. Peter's Basilica, a weary-looking and hoarse-sounding Benedict on Tuesday also encouraged Arab spring nations, especially Egypt, to build just and respectful societies. (Foto:Gregorio Borgia/AP/dapd)
Urbi et OrbiFoto: dapd

Untuk Mesir, Paus mengharapkan warganya dapat bekerja sama membangun kemasyarakatan berdasar keadilan dan penghormatan atas kebebasan dan martabat manusia.

Paus juga mengharapkan Israel dan Palestina dapat mencapai rekonsiliasi.

Dalam pidatonya, Paus Benediktus mengingatkan Cina pentingnya menghormati kebebasan beragama, memohon agar pemerintahan baru di Cina menghormati kontribusi agama. Cina tidak mengizinkan umat Katolik di negeri itu mengakui otoritas Paus.

Tak ketinggalan, Paus memberikan ucapan dan berkat Natal dalam 65 bahasa, termasuk di antaranya bahasa Jerman, Latin, Arab, Hindi, Mandarin, Swahili.

Harapan bagi Suriah

Paus Benediktus menitikberatkan pada wilayah yang amat bermasalah seperti di Suriah, mali dan Nigeria. “Semoga perdamaian akan muncul di Suriah, bagi rakyatnya yang terluka dan terpecah akibat konflik, mereka yang tak berdaya dan korban tak bersalah.“ Diperingatkannya, “Sekali lagi saya mohon diakhirinya pertmupahan darah ini, dimudahkannya akses bagi para pengungsi, dan dibukanya dialog untuk mencapai solusi politik atas konflik tersebut."

Pemimpin umat Katholik di seluruh dunia itu juga mengutuk konflik yang terjadi di Nigeria dan Mali, dua negara yang kelompok Islamisnya mengkampanyekan syariat Islam dengan cara kekerasan. “Semoga peringatan kelahiran Kristus membawa perdamaian kembali di Mali dan Nigeria, dimana aksi kekerasan kerap memakan korban, khususnya warga Kristen.

Urbi et Orbi Segen 2012
Urbi et Orbi Segen 2012Foto: dapd

Nigeria dan Mali

Kelompok Boko Haram di Nigeria yang mengkampanyekan diberlakukannya Syariah Islam telah membunuh ratusan orang.

Sementara di Mali, kelompok Islamis yang terkait dengan jaringan teror Al Qaida, sejak April lalu, menguasai kawasan utara negeri itu. mereka menghancurkan warisan peninggalan keagamaan. Mereka juga menerapkan hukum potong tangan, sebagai bagian dari upaya menjalankan aturan Islam yang ketat. Padahal berabad-abad lamanya, penduduk setempat hidup dengan aturan Islam yang moderat.

Urbi et Orbi Segen 2012
Pesan Natal: Harapan atas PerdamaianFoto: dapd

Teknologi dan Reliji

Pada Senin (24/12) malam Natal, di Santo Petrus Basilika Vatikan, Paus Benediktus mengingatkan jemaat untuk menemukan ruang bagi Tuhan dalam kehidupan moderen abad ini yang dijejali teknologi canggih, “Apakah kita memberi tempat dan waktu bagi Tuhan? Apakah kita sendiri yang menyingkirkannya? Apakah kita sendiri yang mulai berbuat demikian hingga tak ada waktu untuk Tuhan?“ demikian dikatakannya.

Ditambahkan Paus, “Semakin kita cepat bergerak, semakin efisien kita mengelola waktu, semakin sedkit pula wkatu untuk Tuhan. Dan Tuhan menjadi seperti tak penting lagi, karena begitu sibuknya manusia. Tak ada lagi ruang bagi Dia. Bahkan dalam perasaan dan hasrat, tak ada tempat bagiNya. Sementara manusia hanya memikirkan diri sendiri, kebahagiaan yang dapat direngkuh dan rencana-rencana serta kesuksesan. Kita “penuh” dengan diri kita sendiri sehingga kerap tak menyisakan lagi ruang bagi Tuhan.”

AP/RZN(ap,rtr,dw)