1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesan Paus Fransiskus: Dengarkan Korban Pelecehan Seksual

3 Agustus 2023

Paus Fransiskus datang ke Portugal untuk menghadiri sebuah festival anak muda. Namun, kasus pelecehan anak masa lalu di Portugal membayangi kunjungan itu.

https://p.dw.com/p/4Uhy8
Para anak muda dalam acara Hari Anak Muda Sedunia di Portugal
Lebih dari satu juta anak muda diperkirakan bakal hadir di Hari Anak Muda Sedunia di Lisbon, PortugalFoto: João Carlos/DW

Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus mendarat di Lisbon, Portugal, pada Rabu (02/08) untuk berpartisipasi dalam peringatan Hari Anak Muda Sedunia pertama pascapandemi.

Lebih dari satu juta anak muda yang berasal lebih dari 200 negara diperkirakan bakal hadir dalam pertemuan Katolik global itu.

Agenda selama lima hari tersebut diprakarsai oleh pendahulu Paus Fransiskus dengan tujuan mengajak anak muda Katolik berkumpul setiap dua atau tiga tahun. Agenda ini terakhir kali dilakukan pada tahun 2019.

Paus Fransiskus mendarat di lapangan udara (lanud) angkatan udara Figo Madura pada Rabu (02/08) pagi waktu setempat. Kemudian, dia langsung menuju upacara penyambutan yang diadakan oleh Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa.

Kunjungan ke Portugal ini merupakan perjalanan pertama Paus Fransiskus usai menjalani operasi pembedahan usus pada Juni lalu. Saat ini, Paus Fransiskus telah berusia 86 tahun.

"Saya akan menjadi muda lagi" saat pulang ke Roma, kata Paus Fransiskus kepada wartawan saat berada dalam pesawat. Dia dijadwalkan pulang pada Minggu (06/08).

Dalam kunjungan resmi diplomatiknya di Pusat Budaya Belem di Lisbon, Paus Fransiskus meminta Eropa untuk berusaha mengakhiri perang di Ukraina.

"Dunia membutuhkan Eropa yang sebenarnya. Dunia butuh peran Eropa sebagai jembatan dan pembawa kedamaian," kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus: Korban pelecehan harus "selalu didengarkan"

Dalam kunjungan itu, Paus Fransiskus dijadwalkan untuk bertemu dengan para korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta.

Ribuan tuduhan pelecehan yang dilakukan oleh anggota gereja Katolik terhadap anak di seluruh dunia telah mengguncang Vatikan hingga ke akarnya. Buntutnya, para pengikut meninggalkan gereja tersebut.

Reklame di Lisbon yang dipasang menjelang kedatangan Paus Fransiskus
Reklame informasi kasus pelecehan terhadap anak yang dilakukan oleh gereja Katolik di PortugalFoto: /REUTERS

Saat berbicara kepada para pendeta di Biara Jeronimos di Lisbon, Paus Fransiskus mengatakan bahwa skandal pelecehan seksual telah "menodai" Gereja dan menyebabkan "kekecewaan dan kemarahan" para umat.

Skandal-skandal tersebut "mengajak kita untuk pemurnian yang rendah hati setiap waktu, dimulai dengan isak tangis pada korban, yang harus selalu diterima dan didengarkan," jelas Paus Fransiskus.

Ribuan kasus ditutupi secara sistematis

Tepat sebelum kedatangan Paus, para pendukung korban memasang papan reklame besar agar dapat meningkatkan kesadaran soal tingkat pelecehan gereja Katolik di Portugal.

Sebuah lembaga di Portugal mengeluarkan laporan enam bulan lalu dan mengungkap setidaknya ada 4.815 kasus pelecehan seksual anak yang dilakukan oleh pendeta sejak tahun 1950. Kebanyakan, korban berusia antara 10 dan 14 tahun. Dalam laporan itu juga diterangkan adanya upaya sistematis untuk menekan informasi ini dari dalam gereja, yang sebetulnya juga menjadi standar bagi sejumlah negara dengan kasus serupa yang tengah diselidiki.

"Bakal ada banyak anak muda dari seluruh dunia dan faktanya (kekerasan) ini ada di semua benua," kata Filipa Almeida, seorang korban pelecehan yang dilakukan oleh pendeta. Kepada Reuters, dia menyebut usianya 17 tahun saat itu. "Ini merupakan kesempatan yang sangat bagus bagi gereja untuk bertindak."

Kegiatan ini sebetulnya juga mendapat kecaman lantaran biayanya terbilang cukup tinggi untuk sebuah negara miskin di Eropa. Setidaknya 16.000 petugas dikerahkan, sejumlah jalanan, hingga stasiun kereta di kota yang berpenduduk 500 ribu orang ini ditutup.

Reuters juga melaporkan bahwa kelompok pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) beserta sejumlah partai politik telah menuduh pemerintah memindahkan para tunawisma dari jalanan. Namun, tudingan itu dibantah.

mh/ha (AP, Reuters)