1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesawat Terbang Terbesar Mengudara Perdana

19 Agustus 2016

Pesawat terbang terbesar sedunia Airlander 10 sukses mengudara perdana di London. Pesawat berteknologi gabungan Zepellin, pesawat terbang konvensional dan helikopter itu dipromosikan sebagai moda angkutan masa depan.

https://p.dw.com/p/1JlOc
Foto: picture-alliance/empics/J. Giddens

Terbang perdana pesawat terbang terbesar sedunia, Airlander 10 sukses dilakukan di London, setelah hari Minggu silam tertunda akibat masalah teknis. Pesawat sepanjang 90 meter dan dengan lebar 15 meter berteknologi hibrida, antara Zepellin, pesawat terbang konvensional dan helikopter inilakukan penerbangan selama 30 menit, dengan melakukan sejumlah manuver penerbangan dan kemudian mendarat dengan selamat.

Pesawat Terbang Terbesar Terbang Perdana

Airlander 10 awalnya adalah produk pesanan perusahaan AS, Northrop Grumman, yang memenangkan tender pertahanan dari Washington. Sempat direncanakan untuk diujicoba di Afghanistan, pesawat ini dikembangkan sebagai pesawat mata-mata dengan dilengkapi radar, pemancar komunikasi dan sensor infra merah. Namun proyek tersebut kemudian dibatalkan sepihak oleh Amerika Serikat.

Proyeknya kemudian dilanjutkan perusahaan swasta Hybrid Air Vehicles dengan dukungan modal dan teknik dari Cina. CEO HAV, Stephen McGlenn mengatakan:"Mesin pesawat buatan sebuah perusahaan milik sebuah konglomerat besar Cina. Kami juga menggandeng sejumlah perusahaan teknologi Cina lainnya yang tertarik si bidang penerbangan dan antariksa.

Masih hadapi kendala teknis

Kelemahan terbesar pesawat serupa Zeppelin ini adalah balon alias tabung helium yang mudah terbakar. Sebab itu produsennya, Hybrid Air Vehicles, menggunakan materi yang tahan api. Tidak hanya itu, balon Airlander 10 juga dibuat dengan menggunakan bahan kevlar yang anti peluru.

Ide serupa pernah dibuat perusahaan Jerman, CargoLifter yang mengembangkan Zeppelin raksasa model baru sebagai moda transportasi kargo. Namun perusahaan tersebut bangkrut tahun 2002 silam karena gagal menemukan pembeli dan investor.

Walau begitu, CEO Hybrid Air Vehicles, Stephen McGlenn tetap optimistis. Ia mengatakan, dalam lima tahun mendatang, target penjualan 100 pesawat Airlander bisa tercapai, dengan terutama membidik pasar di Cina. Ia juga mempromosikan keunggulan Airlander yang bisa take-off dan landing dimanapun tanpa perlu landas pacu.

"Pesawat bisa mendarat di lapangan, perairan terbuka, padang salju atau padang poasir", ujar McGlenn. Ia juga memuji kemampuan pesawat terbang hingga ketinggian 5000 meter dengan kecepatan jelajah lebih dari 100km/jam.

as/yf(rtrtv)