1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PLTN Tua Jadi Risiko Besar

Gero Rueter26 April 2015

Energi listrik dari PLTN kini makin mahal dan tidak ekonomis. Makin banyak perusahaan energi nuklir bangkrut dan membiarkan reaktor nuklirnya tak terpelihara. Sebuah risiko keamanan serius.

https://p.dw.com/p/1EoZF
Foto: Thomas Bethge/Fotolia.com

Mengelola perusahaan energi nuklir kini semakin tidak menguntungkan. Akibatnya pemeliharaan dan reparasi reaktor atom sering diabaikan. Berulangkali terjadi kasus pemalsuan sertifikat keamanan dan kualitas PLTN. Muncul risiko global bagi keamanan warga terkait ancaman bencana nuklir.

Redaktur DW Gero Rueter mewawancarai pakar atom Mycle Schneider terkait risiko tersebut.

Deutsche Welle: Setiap tahun Anda menerbitkan World Nuclear Industry Status Report. Tren global apa yang Anda cemati?

Mycle Schneider: Ongkos produksi listrik dari PLTN dalam beberapa tahun belakangan terus naik. Ini perkembangan dramatis. Pasalnya semua teknologi, khususnya di sektor energi terbarukan, menunjukkan penurunan ongkos. Energi terbarukan jadi saingan berat energi atom. Selain itu, kebutuhan listrik di Eropa juga turun. Bagi pengelola PLTN yang punya utang besar, tren ini jadi masalah berat.

Energie- und Atomexperte Mycle Schneider
Mycle Schneider pakar energi Atom.Foto: M. Schneider

DW: Bagaimana reaksi sektor keuangan?

Mycle Schneider: Sekarang ini nyaris tidak ada lagi bank-bank komersial besar yang membiayai pembangunan PLTN. Semua lembaga pemeringkat kini menilai investasi bagi pembangunan sebuah PLTN baru sebagai poin negatif bagi pemberian kredit. Sebaliknya, langkah hengkang dari teknologi nuklir dinilai positif, contohnya pada perusahaan Siemens.

DW : Apakah industri energi nuklir sudah kalah ?

Mycle Schneider: Perspektif bagi perluasan pembangunan PLTN di seluruh dunia kini sudah memudar. Masa keemasan sudah lewat. Tapi, industri enegri uklir punya lobby sangat kuat. Mereka mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk beriklan dan melakukan propaganda. Dan propaganda ini ternyata berfungsi.

DW: Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Mycle Schneider: Ini Propaganda sangat rumit - melibatkan uang dalam jumlah sangat besar. Juga korupsi memainkan peranan besar. Ada analis yang mengatakan, satu-satunya argumen bagi pembangunan PLTN di Cina adalah korupsi. Dan juga ada sebuah studi pakar korupsi Eropa Timur yang menegaskan bahwa risiko korupsi dalam pembangunan PLTN sangat besar.

DW: Umur operasi reaktor atom rata-rata sekitar 29 tahun. Apakah reaktor lama sesudah itu harus dibongkar dan apakah pengelola PLTN punya uangnya?

Mycle Schneider: Faktor ini sangat diremehkan. Salah satu masalah terbesar, banyak PLTN yang sebetulnya saat ini sudah harus dipensiunkan. Tapi banyak perusahaan tidak mau melakukannya, karena ongkos pembongkaran reaktor tua amat mahal. Karena itu dilakukan pemalsuan neraca. Sejumlah pengusaha PLTN juga sudah bangkrut.

DW: Ekonomi energi atom terus memburuk, apakah bahaya di balik itu juga meningkat?

Mycle Schneider: Betul. Begitulah situasinya. Dan karena itu sangat mencemaskan saya. Misalnya saja di Belgia beberapa bulan silam ditemukan ribuan retakan kecil pada instalasi reaktor atom. PLTN semacam itu harusnya segera dimatikan. Atau di Korea Selatan, tiga tahun silam terjadi pemalsuan sertifikat kualitas ribuan reaktor atom. Juga di Jepang, 10 tahun silam terjadi skandal besar pemalsuan serifikat. Akibatnya 17 PLTN milik TEPCO harus dinonaktifkan.

Mycle Schneider adalah pakar energi atom yang sejak 30 tahun mengamati perkembangan industri energi atom dan penerbit laporan tahunan World Nuclear Industry Status Report. Tahun 1997 ia dianugerahi hadiah Nobel Alternatif "Right Livelihood Award".