1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

221209 Tsunami Städtepartnerschaften

22 Desember 2009

Bantuan bagi kota-kota yang dilanda bencana tsunami juga datang dari kota-kota mitra di Jerman. Contohnya kota Bonn yang membantu kota Cuddalore di India. Sebuah neraca, 5 tahun setelah kejadian naas tersebut.

https://p.dw.com/p/LAtz
Nelayan di kota Cuddalore, di selatan India.Foto: DW

Sabinath, anak laki-laki berusia 12 tahun, tidak bisa mengingat jelas hari naas tersebut, ketika gelombang tsunami menghempas desanya di wilayah India selatan, Cuddalore. Ia tidak tahu lagi siapa saja yang tewas oleh gelombang banjir dan berapa rumah yang dihanjutkan air bah itu. Ia sudah sering sekali diminta menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dalam lima tahun terakhir ini, sehingga Sabinath hampir terdengar seperti rekaman kaset.

Apa yang ia ingat tentang Jerman? Dengan cepat Sabinath menjawab: German Agro Action. Demikian nama internasional organisasi bantuan Jerman, yang di negara asalnya sendiri disebut Welthungerhilfe. Bantuan Pangan Dunia. Dengan mitra lokalnya, Life Help Centre for the Handicapped, atau Pusat Bantuan Bagi Orang Cacat, organisasi ini membangun sekolah di desa Mettupalayam. Sejak beberapa waktu lalu, Sabinath dengan bangga bersekolah disini. Sekolahnya benar-benar sebuah bangunan luar biasa. Sekitar 280 anak dari 15 desa yang terkena dampak tsunami bersekolah disini. Pelajaran diberikan dalam Bahasa Inggris. Ini merupakan kualifikasi tambahan.

Sekitar 800 orang dari kota Cuddalore dan sekitarnya tewas pada tanggal 26 Desember 2004. Kanselir Jerman saat itu, Gerhard Schröder, dalam pidato tahun barunya menyerukan kemitraan antara kota-kota dan sekolah-sekolah di Jerman dengan wilayah-wilayah yang terkena bencana tsunami. Bonn bersama dengan organisasi Welthungerhilfe adalah pihak pertama yang menanggapi seruan ini. Kota Bonn memulai kemitraan dengan kota Cuddalore. Terutama dukungan moral lah yang dirasakan paling penting. Demikian kenang camat Cuddalore, Gagandeep Singh Bedi.

”Bagi kami mengharukan sekali melihat, bahwa orang-orang yang berjarak ribuan kilometer dari sini juga memikirkan kita. Dengan hati yang terbuka mereka menyumbang bagi kita. Menurut saya, ini adalah sebuah contoh luar biasa bagi persahabatan Jerman-India.”

Tetapi tidak semua bantuan yang disertai niat baik berjalan lancar. Beberapa hari setelah bencana tsunami, banyak ditemukan tumpukan pakaian di wilayah Cuddalore. Celana, rok dan baju kaos. Ini bukanlah jenis pakaian yang biasanya dipakai oleh penduduk di sini yang sangat memegang tradisi. Apalagi ini adalah pakaian bekas. Setelah itu sejumlah nelayan mendapat dua kali perahu dan jaring dari beberapa organisasi bantuan dalam waktu bersamaan. Para organisasi bantuan ini harus cepat membuktikan, bahwa dana bantuannya benar-benar berguna. Bantuan yang sampai dua kali diberikan ini terjadi karena kurangnya koordinasi. Dr. Arumugam Gurusany, pemimpin kantor Welthungerhilfe di Chennai mengatakan, bahwa juga dari besarnya ukuran bencana, organisasi-organisasi ini juga harus belajar banyak dari pengalaman pahit. Karena tekanan besar di wilayah bencana, beberapa organisasi bantuan tidak selalu mengindahkan moto: dahulukan ketelitian daripada kecepatan.

“Bagi setiap organisasi bantuan internasional yang sampai saat itu belum pernah bekerja di India, penting sekali mempunyai mitra organisasi dari negara ini. Pertama-tama, karena mereka lebih mengenal keadaan dan lingkungan setempat dan bagaimana cara bersikap. Yang kedua, yang juga penting, terutama setelah tahapan pertolongan langsung, adalah menjalin ikatan dengan pekerja di wilayah bencana agar dapat dijamin perkembangan berkesinambungan. Yang ketiga adalah jaringan dan penerapan konsep tindakan yang tahan lama.“

Schwetzingen, Leipzig, Pirna dan Bonn serta puluhan kota-kota dan institusi lainnya di Jerman menolong korban tsunami. Di wilayah bencana secara keseluruhan dijalankan lebih dari 700 proyek bantuan. Murid-murid sekolah mengadakan bazar, ada juga yang mengadakan konser amal atau acara olahraga. Hampir 500 ribu Euro berhasil dikumpulkan untuk wilayah Cuddalore.

Di India, kebanyakan wilayah yang dilanda tsunami adalah wilayah-wilayah pedalaman yang belum terlalu maju. Arumugan Gurusamy dari organisasi Welthungerhilfe bisa belajar hal positif dari bencana yang membawa banyak duka ini.

“Setelah bencana tsunami, saya membaca sebuah artikel di koran yang berjudul “Tsunami – Sebuah Kesempatan Emas“. Banyak orang bisa dibilang mengorbankan hidupnya dan dengan ini mereka memberikan kesempatan yang lebih baik bagi para korban yang bertahan hidup. Saya yakin, tanpa bencana tsunami pun wilayah-wilayah ini juga bisa berkembang dan berubah, tetapi pasti tidak secepat ini.“

Tanpa dukungan dari organisasi-organisasi bantuan, Sabinath yang berusia 12 tahun tidak akan bisa bersekolah. Karena uang sekolah, ongkos makan dan transpor ke sekolah tidak bisa ditanggung oleh keluarga-keluarga miskin di wilayah ini, juga keluarga Sabinath. Dan pendidikan adalah kunci pertolongan bagi diri sendiri. Karena hanya sedikit organisasi bantuan yang masih tinggal di wilayah bencana, lima tahun setelah peristiwa mengenaskan itu.

Priya Esselborn / Anggatira Rinaldi
Editor: Asril Ridwan