1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Inggris Meningkatkan Tekanan Mengatasi Perubahan Iklim

19 Oktober 2009

Menjelang Konferensi Iklim di Kopenhagen, Denmark, Perdana Menteri Gordon Brown meningkatkan desakannya bagi para negara maju dan berkembang untuk mengambil langkah maju dalam mengatasi perubahan iklim.

https://p.dw.com/p/KAao
PM Inggris Gordon BrownFoto: AP

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown memperingatkan bahwa bumi akan menghadapi "bencana", apabila tidak dicapai kesepakatan dalam mengambil tindakan mengatasi pemanasan global, pada Konferensi Iklim Internasional yang akan digelar akhir tahun ini di Kopenhagen, Denmark: “Dalam setiap era, hanya ada satu atau dua masa dimana negara-negara berhimpun bersama dan mencapai kesepakatan yang bersejarah, sebab mereka membuat sejarah. Pertemuan di Kopenhagen inilah saatnya. Kini waktunya kurang dari 50 hari untuk mempersiapkan sejarah bagi 50 tahun ke depan atau lebih. Maka kita berhimpun di sini, membawa tanggung jawab besar dan dunia memperhatikannya. Bila kita tidak mencapai kesepakatan pada waktu tersebut, tiada keraguan, kehancuran akibat pertumbuhan emisi terjadi, tidak ada kesepakatan sebelumnya, di periode mendatang, kita tak bisa kembali lagi ke belakang mengambil pilihan itu. Pada saatnya nanti maka upaya untuk memperbaiki pun sudah terlalu terlambat.”

Dalam pertemuan Forum Ekonomi Utama atau Major Economies Forum, yang dihadiri oleh 17 negara maju dan berkembang di London, Brown mengatakan kerugian yang akan ditanggung akibat kegagalan mengatasi pemanasan global, dapat lebih besar ketimbang dampak perang dunia. Menurut Brown, masih mungkin dicapai kesepakatan dalam pertemuan iklim di Kopenhagen nanti, namun dalam kurun waktu kurang dari 50 hari menjelang pertemuan itu, negara-negara di dunia dinilainya lamban dalam membuat langkah maju. Untuk planet bumi, katanya, tidak ada rencana B, atau alternatif. Sehingga dibutuhkan langkah pasti.

Brown mengimbau para pemimpin negara untuk bekerjasama langsung dalam mencapai kesepakatan yang mengikat negara-negara maju untuk mengurangi emisinya serta membantu keuangan negara-negara miskin yang terkena dampak perubahan iklim: “98% yang menderita dan terkena pengaruh langsung tinggal di negara-negara miskin. Padahal negara-negara mereka hanya mengkontribusikan 8 persen emisi global. Ini merupakan ketidakadilan yang besar dalam perubahan iklim. Mereka yang pertama dan terburuk terkena dampak perubahan iklim, adalah mereka yang sedikit menyebabkan perubahan iklim.”

Brown juga mengungkapkan berdasarkan laporan Panel Perubahan Iklim Internasional, pada tahun 2080 nanti, lebih dari 1,8 milyar orang, atau seperempat jumlah warga dunia saat ini, akan menderita kekurangan air bersih: „Dalam laporan terakhir Forum Kemanusiaan Global yang dipimpin mantan sekjen PBB Kofi Annan disebutkan: bahwa 325 juta orang terkena pengaruh serius akibat kekeringan, penyakit, banjir, kehilangan mata pencarian, gagal panen dan terjadi penurunan hasil perikanan.”

Meski pertemuan iklim di London kali ini bukan bagian dari sesi pertemuan iklim internasional, Brown kembali menekankan pentingnya komitmen bersama negara-negara maju dan berkembang untuk mendorong keberhasilan konferensi iklim di Kopenhagen nanti. Konferensi Iklim Internasional di Kopenhagen, Desember mendatang ini, bertujuan untuk membangun kesepakatan baru, menggantikan Protokol Kyoto, yang habis tenggat waktunya pada tahun 2012.

AP/HP/afp/dpa/ap