1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Polisi Identifikasi Pelaku Bom Solo

26 September 2011

Polisi masih mengejar kelompok yang diduga terlibat aksi bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (25/09) di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, yang menewaskan pelaku dan melukai 15 anggota jemaat.

https://p.dw.com/p/12gen
Muslim leaders meeting with Vice President Jusuf Kalla in Jakarta look at an image Thursday, 17 November 2005, showing a masked man believed to be one of Asia's most wanted militants, Noordin Top, warning western countries, especially Australia, of more attacks. A video with the warning was found last week by Indonesian antiterrorist police and broadcast Thursday. EPA/HO BEST QUALITY AVAILABLE +++(c) dpa - Report+++
Ancaman Teror di Indonesia belum selesaiFoto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Jenazah pelaku, hari Senin (26/09 telah tiba di Jakarta. Polisi kini sedang melakukan uji forensik. Meski demikian, polisi mengaku telah mengantongi  identitas pelaku yang tewas seketika dalam aksi tersebut. Juru bicara Mabes Polri, Ketut Yoga Ana, menyatakan, polisi sedang mencocokan DNA yang bersangkutan dengan istri dan anaknya.

Meski polisi belum merilis identitas pelaku, namun spekulasi sudah beredar  luas. Terutama setelah Presiden Yudhoyono menyebut pelaku berasal dari kelompok Cirebon. Berdasarkan ciri fisiknya, pelaku diduga merupakan Ahmad Yosepa alias Hayat. Dia merupakan satu dari lima buron kelompok Cirebon yang lima bulan lalu meledakan bom di masjid Attaqwa, kompleks kantor Polresta Cirebon, yang melukai 28 orang jamaah yang sedang melaksanakan sholat Jum'at.

Serangan bom gereja Solo ini telah memicu kekhawatiran atas keamanan gereja-gereja di Indonesia. Markas Besar Kepolisian telah memerintakan peningkatan pengamanan. Markas Kepolisian Daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta bahkan telah menetapkan status siaga satu.

Serangan bom bunuh diri ini membuat pengurus sejumlah Gereja di Solo, meningkatkan pengamanan. Pendeta gereja GPIS Solo Jonathan Setiawan mengatakan, pihaknya kini mempertimbangkan untuk memasang kamera pengintai dan alat deteksi logam.

Kutukan atas aksi terror bom di gereja Solo, datang dari dua organisasi massa Islam terbesar yakni Nahdatul Ulama NU dan Muhammadiyah. Aksi solidaritas juga digelar masyarakat di sejumlah daerah. Sayap pemuda NU yakni GP Ansor, bahkan menjanjikan akan mengerahkan anggota Banser atau Barisan Serbaguna, untuk membantu pengamanan gereja.

Bom bunuh diri yang terjadi Minggu siang (25/09) di gereja GBIS Solo melukai belasan orang yang sedang mengikuti misa. Hingga saat ini, korban tewas adalah satu orang, yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri.

Zaki Amrullah

Editor: Andy Budiman