1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Politik Korut Akan Berubah di Bawah Pemimpin Baru?

19 Desember 2011

Setelah kematian Kim Jong Il, dilaporkan, putra ketiganya, Kim Jong Un, akan mengambil alih kepemimpinan. Belum banyak informasi mengenainya dan bagaimana kebijakan politik Korea Utara di bawahnya.

https://p.dw.com/p/13VS4
Kim Jong UnFoto: AP

Saat kunjungan terakhirnya di Cina, bulan Agustus tahun 2010, Kim Jong Il mengatakan, sudah saatnya untuk mempersiapkan jalan bagi generasi muda. Saat itu berkembang spekulasi, Kim Jong Il akan mewariskan kekuasaannya pada putra ke tiganya, Kim Jong Un.

Satu bulan kemudian, di bulan September, dalam musyawarah Partai Komuis, Kim Jong Un ditunjuk menggantikan ayahnya memimpin partai dan diangkat sebagai jenderal bintang empat. Ini dianggap sebagai pertanda yang pasti bahwa Kim Jong Un akan mewarisi jabatan ayahnya.

Tod von Kim Jong Il Nordkorea
Tentara Korea Selatan menyimak berita kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong IlFoto: dapd

Harapan terhadap Pemimpin Baru

Para pakar politk saat itu merasa skeptis bahwa para anggota senior Partai Komunis Korea Utara akan mendukung pemimpin baru mereka, yang masih begitu muda dan tidak begitu berpengalaman dalam bidang politik. Namun demikian, para pengamat juga berharap, Kim Jong Un yang mengenyam pendidikan di luar negeri, akan lebih siap dibandingkan ayahnya untuk bekerjasama dengan komunitas internasional.

Pakar Korea Utara dari Frei Universitas Berlin Werner Pfennig mengatakan, "Dengan perubahanan kekuasaan, timbul harapan dilakukannya kebijakan yang pragmatis. Fakta bahwa kepemimpinan baru sudah ditunjuk, ini memperlihatkan, normalisasi di semenanjung Korea bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Seluruh sumber daya penting yang kini diperuntukan bagi militer, akan dialihkan bagi kepentingan sipil. Seluruh wilayah akan mendapat manfaat dari hal ini."

Stabilitas Wilayah

Tod von Kim Jong Il Nordkorea Botschaft in Peking China
Staf Kedubes Koera Utara di Beijing, Cina, menaikkan bendera setengah tiang, Senin (19/12)Foto: dapd

Para pemimpin Cina juga diharapkan untuk mendukung dan mendorong pemimpin Korea Utara untuk menjaga stabilitas, melakukan reformasi ekonomi dan melanjutkan kembali perundingan senjata nuklir Korea Utara.

Akan tetapi Cina merasa khawatir mengenai stabilitas politik dan ekonomi jangka panjang Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong Un. Yung Yingli dari Institut Shanghai untuk Studi Internasional mengatakan kepada kantor berita dpa, bahwa Cina merasa khawatir akan kemungkinan ketidakstabilan di Korea Utara. Ini juga karena Korea Utara merupakan satu negara yang sangat tertutup.

Tetap Sama?

To small, to little, to few
Anak Korea Utara sedang menyantap makanan sumbangan Program Pangan DuniaFoto: AP

Hari Senin 19/12), pemerintah Inggris mengatakan, wafatnya pemimpin Korea Utara Kim Jong Il bisa menjadi titik balik bagi negara yang terisolasi ini. Inggris juga mendesak pemimpin baru Korea Utara untuk terlibat dalam komunitas internasional demi meningkatkan taraf hidup warga Korea Utara.

Akan tetapi pergantian kepemimpinan di Korea Utara belum dapat diangagap akan menuntun Korea Utara, salah satu negara termiskin dii dunia ini, beranjak lepas dari kesengsaraan.

Wakil pemimpin fraksi Partai Sosial Demokrat Jerman SPD Ulrich Kelber mengatakan, "Arah politik kepemimpin Korea Utara akan berubah sedikit. Terutama sejak kematian pendiri Korea Utara Kim Il Sung, Korea Utara tidak hanya dipimpin oleh satu orang, tapi oleh satu kelompok. Ini membuat keluarga Kim juga harus membuat konsesi. Sekarang, Kim Jong Un juga tidak akan melakukan perubahan besar dalam kebijakan Korea Utara. Masalah kelangkaan pangan akan tetap ada dan kultus kepribadian yang aneh serta sikap kaku rezim masih akan tetap bertahan."

Yuniman Farid/dpa/afp Editor: Andy Budiman