1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Polri: Tidak Ada Yang Janggal dengan Rekening Perwira

16 Juli 2010

Mabes Polri menyampaikan hasil penyelidikan rekening mencurigakan milik perwira tinggi polisi. Para penggiat antikorupsi menilai laporan ini bias. Sejak awal memang polisi menolak penyelidikan oleh lembaga indpenden.

https://p.dw.com/p/ONKm
Gambar simbol, harta yang tersimpan dan tertutup dengan aman di bankFoto: ullstein bild - Imagebroker.net

Pemeriksaan internal lkepolisian terhadap rekening mencurigakan sejumlah perwira polisi, berujung pada sebuah anti-klimaks. Dalam laporannya, polisi menyimpulkan, hampir seluruh transaksi rekening para perwira dalam jumlah raksasa itu diperoleh dengan cara wajar. Juru bicara Polisi, Edward Aritonang menyatakan, dari 23 rekening perwira yang dipermasalahkan, 17 rekening dinyatakan bersih. Akan tetapi, polisi masih menolak menyebutkan rincian pemeriksaan itu, dengan dalih kerahasiaan rekening pribadi.

Dalam data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, terungkap, sejumlah perwira polisi memiliki rekening mencapai puluhan miliar Rupiah. Rekenning yang mencurigakan itu dilaporkan Majalah Tempo. Buntutnya, polisi sempat menuding Tempo merendahkan martabat polisi. Lalu seorang peneliti Indonesian Corruption Watch yang turut mengungkap aksus ini, jadi korban penganiayaan berat.

Namun, juru bicara polisi Edward Aritonang menyatakan, hasil penyelidikan polisi menunjukkan, hanya dua rekening perwira mereka yang diduga terkait kejahatan.

Para pengemat dan penggiat gerakan anti korupsi mengecam hasil penyelidikan internal polisi yang dinilai bias dan tidak independen. Sejak awal kaum intelektual dan kalangan pegiat anti korupsi menuntut agar penyelidikan dilakukan oleh tim gabungan dengan melibatkan penegak hukum lain seperti KPK. Namun polisi menolak dan hanya bersedia melakukan penyelidikan internal oleh mereka sendiri.

Danang Widyoko dari Indonesian Corruption Watch menganggap, penyelidikan ini dilakukan polisi seakan untuk melindungi para perwiranya, bukan untuk membongkar fakta-fakta.

Zaki Amrullah
Editor: Ging Ginanjar