1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Presiden Jerman ke Perancis

Kay-Alexander Scholz5 September 2013

Presiden Jerman Joachim Gauck mengunjungi desa Oradour sur Glane yang dihancurkan tentara Jerman pada Perang Dunia II. Ia mengutuk pembantaian yang dilakukan Jerman.

https://p.dw.com/p/19cLR
Francois Hollande (L), German President Joachim Gauck (R) and massacre survivor Robert Hebras in the church of the French martyr village of Oradour-sur-Glane, September 4, 2013.
Gauck und Hollande in Oradour-sur-Glane 04.09.2013Foto: REUTERS

Pada 10 Juni 1944, 69 tahun lalu, pasukan Jerman menghancurkan desa Oradour setelah membunuh ratusan penduduk sipil. Puing-puing di Oradour sekarang dijadikan sebuah musium terbuka, sebagai peringatan atas peristiwa kejam ini.

"Mengapa hal itu terjadi di sini?", Joachim Gauck bertanya kepada Presiden Perancis Francois Hollande, ketika mengelilingi tempat peringatan itu. Desa ini tidak punya peran penting dalam strategi perang. Para serdadu Jerman ketika itu hanya ingin melakukan teror dan pembantaian.

Pasukan Jerman tiba di desa itu sekitar jam dua siang. Perempuan dan anak-anak lalu dikumpulkan dan dibawa ke sebuah gereja. Pintu ditutup dan mereka dibakar hidup-hidup. Para pria dikumpulkan di sebuah gudang dan ditembak mati.

Setelah itu, para serdadu menyisir desa dan membunuh semua orang yang masih hidup. Mereka tidak mau ada saksi yang bisa menceritakan aksi pembantaian itu. 624 penduduk desa tewas. Hanya beberapa orang yang bisa menyelamatkan diri.

Kunjungan bersejarah

Kunjungan Joachim Gauck bersama Francois Holland ke Oradour adalah kunjungan bersejarah. Belum pernah sebelumnya seorang Presiden Jerman diundang ke tempat yang punya sejarah gelap ini. Penduduk Perancis selalu menolak permintaan politisi Jerman yang ingin berkunjung. Peristiwa itu menoreh luka yang terlalu dalam. Ketika Gauck mengajukan permohonan berkunjung, Perancis akhirnya setuju.

Kunjungan itu menjadi berita besar di Perancis dan Jerman. Televisi Perancis menyiarkan langsung selama tiga jam. Joachim Gauck tidak menyangka sambutannya begitu besar dan menyampaikan terima kasih. Ia sendiri dilahirkan tahun 1940, jadi di tengah perang, kata Gauck. Terlahir sebagai seorang Jerman adalah beban yang berat, mengingat kekejaman Jerman selama perang.

French President Francois Hollande (L) and German President Joachim Gauck hug after a ceremony at Oradour-sur-Glane, September 4, 2013.
Gauck memeluk Hollande setelah upacara di OradourFoto: REUTERS

Presiden Perancis Francois Hollande menyebut kunjungan Gauck sebagai "peristiwa khusus". Ia memuji Presiden Jerman yang selalu mengecam dan mengingatkan kembali kekejaman Nazi.

"Teriakan dari Oradour bukan hanya sebuah simbol peringatan", kata Hollande dalam pidato sambutannya. Oradour adalah sebuah janji. Di mana saja di dunia, jika ada pembantaian penduduk sipil, teriakan ini terdengar. Dunia tidak boleh membiarkan pembantaian terjadi begitu saja. Inilah pesan dan warisan yang ditinggalkan Oradour, kata Hollande.

Persahabatan Jerman- Perancis

Gauck menulis namanya dalam Buku Emas di pemakaman Oradour. "Jerman sekarang sudah berubah, menjadi sebuah negara yang damai dan penuh solidaritas". Ia menemui beberapa saksi mata dari Oradour, mereka menyampaikan terimakasih atas kunjungan Gauck.

Ketika meletakkan karangan bunga di Oradour, Gauck memeluk seorang seorang saksi mata dengan penuh haru. Permohonan maaf Gauck atas kekejaman tentara Jerman selama Perang Dunia ke II mendapat sambutan positif di Perancis. Joachim Gauck dan Francois Holland saling berjabat tangan cukup lama. Mereka lalu bersama-sama merangkul seorang saksi mata.

Presiden Perancis Francois Hollande juga punya kenangan tersendiri di Oradour. Hollande pernah menjadi walikota di Tulle, sekitar 100 kilometer dari Oradour. Di kota itu, pasukan Jerman menggantung 99 pria, satu hari sebelum melakukan pembantaian di Oradour.