1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Turki Menghina PM Irak

12 Oktober 2016

Presiden Turki Erdogan memaki dengan nada merendahkan PM Irak Al Abadi berkaitan dengan operasi militer di Mosul. Insiden ini picu ketegangan diplomatik dua negara.

https://p.dw.com/p/2R9AV
Bildkombo Haideral-Abadi / Recep Erdogan
PM Irak Haider al Abadi (kiri) dan Presiden Turki ErdoganFoto: picture-alliance/dpa/Getty Images

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Irak bahwa pihaknya tidak akan menerima instruksi dari pemerintah di Baghdad, berkaitan dengan kehadiran pasukan Turki di dekat Mosul. Dengan nada merendahkan Erdogan menekankan, bahwa Perdana Menteri Irak, Haider Al Abadi harus tahu diri, karena tidak setimpal, tak punya hak bicara dan tidak memiliki kapasitas seperti presiden Turki. Penghinaan Erdogan ini semakin mempertajam konflik di antara kedua sekutu AS di kawasan itu. 

Dalam sebuah pidato, Erdogan mengatakan Selasa kemarin di Istanbul, bahwa PM Irak Haider al Abadi sendirilah yang meminta pendirian markas militer Bashiqa, sekitar 12 kilometer di sebelah timur laut kota Mosul yang dikuasai organisasi teror Islamic State (ISIS).

Lawan teroris Islamic State

Ankara mengirim tambahan 500 personil militer ke daerah Bashiqa di bagian utara Irak tahun lalu. Di daerah itu sebelumnya sudah ada tentara Turki yang melatih tentara Irak untuk menghadapi ISIS. Turki menyatakan, itu hanya rotasi rutin tentara yang ikut dalam misi pelatihan. Sebaliknya Baghdad menyatakan, pengiriman serdadu Turki itu tanpa ijin pihak Irak.

ISIS / Mossul / Kämpfer
Mosul kota strategis penting di Irak hingga kini masih dikuasai kelompok teror ISISFoto: Reuters

"Kini ia (al Abadi) mengatakan, 'Pergi dari sini,'" demikian dikatakan Erdogan menurut laporan kantor berita Anadolu. Sebagai reaksi dari perkataan al Abadi, Erdogan melontarkan pernyataan tajam, "Tentara Republik Turki belum kehilangan kekuatannya, sehingga perlu menerima instruksi dari kamu." Setelah itu Erdogan mengatakan serentetan penghinaan terhadap PM Irak itu. Erdogan juga mengatakan al Abadi menghinanya, dan menekankan, Turki akan melakukan apa yang dianggapnya benar.

PM Irak Haider al Abadi, yang meminta Turki menarik pasukannya menjawab dengan kasar penghinaan Erdogan. "Kami memang tidak setara kalian," kata al Abadi. "Kami akan membebaskan negara dengan tekad prajurit, bukan dengan pembicaraan video," demikian ditambahkannya. Dengan komentar itu al Abadi mengejek Erdogan yang menyerukan persatuan negara dengan sarana video dari ponsel ketika kudeta terjadi Juli lalu.

Upaya memukul ISIS

Turki yang jadi anggota Pakta Pertananan Atlantik Utara (NATO) bertetangga dengan Suriah dan Irak, di mana ISIS belakangan ini jadi ancaman gawat. Tapi Turki nampaknya khawatir, bahwa upaya internasional untuk memukul ISIS bisa menimbulkan bahaya baru bagi negara ini.

Pasukan Turki melancarkan aksi militer ke Suriah Agustus lalu, untuk menggempur kelompok teroris  ISIS dan mencegah milisi Kurdi yang disokong AS menguasai area lebih luas. Ankara khawatir melihat dukungan AS bagi kelompok yang dianggapnya pasukan Kurdi-Suriah yang berbahaya.

"Turki akan mengambil langkah sama di Irak, untuk mendesak ISIS dari Mosul", ujar Erdogan dalam pertemuan para pimpinan Islam di Istanbul. Ia menilai, sudah jadi haknya untuk ikut campur mengingat ada ancaman serius bagi negaranya.

Cekcok timbul akibat kehadiran pasukan Turki di utara Irak, tepatnya di Bashiqa untuk melatih pasukan Kurdi Peshmerga dan milisi Muslim Suni. Turki ingin mereka ikut dalam operasi militer untuk merebut kembali Mosul yang dikuasai ISIS. Sebaliknya, pemerintah Muslim Syiah di Baghdad ingin agar pasukannyalah yang maju ke front terdepan dalam serangan ke Mosul, yang jadi kota terbesar Irak di bawah kekuasaan ISIS.

ml/as (dpa, afp, rtr)