1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presisi Tinggi Dibutuhkan untuk Penerbangan Luar Angkasa

Cornelia Borrmann
7 Februari 2022

Apakah lebih sulit bawa orang kembali ke Bumi, daripada menerbangkan ke ruang angkasa? Tidak bisa dibilang begitu. Keduanya butuh presisi tinggi agar selamat.

https://p.dw.com/p/44xgU
Gambar menunjukkan benda berukuran besar di luar angkasa
Stasiun Ruang angkasa Inernasional ISSFoto: Stanislav Rishnyak/NASA/Zoonar/picture alliance

Peluncuran ke ruang angkasa dan kembali ke Bumi punya tantangan dan bahaya berbeda. Untuk meluncurkan astronot ke ruang angkasa, roket harus mengalahkan daya tarik Bumi. 

Untuk itu, roket perlu bahan bakar dalam jumlah besar, dan menggunakan apa yang disebut prinsip gaya tendangan balik. Seperti halnya juga balon yang melejit di udara, karena dari bagian bawahnya keluar udara. 

Mengendalikan roket agar berjalan lurus

Tapi roket tidak boleh melejit tanpa kendali. Agar roket melaju dengan lurus, mesin atau pendorong mengendalikan gas yang menyemprot ke luar dan mendorong roket ke arah yang benar. Sebuah sistem navigasi khusus menetapkan arahnya. 

Namun demikian, roket kadang jatuh. Misalnya 2014 sebuah roket Antares terbakar hanya beberapa detik setelah diluncurkan. Bersama roket itu, wahana pengangkut logistik bagi stasiun ISS yang berada di dalamnya, juga terbakar.

Antara Menerbangkan dan Bawa Astronot Kembali dari Luar Angkasa

Jika kapsul pengangkut astronot sudah mencapai orbitnya, tantangan berikutnya yang harus dihadapi adalah terbang mendekati stasiun ruang angkasa ISS.

Dengan menyalakan roket penggerak berpresisi tinggi, komputer mengatur agar kapsul berada di posisi sama seperti ISS dan bergerak dengan kecepatan sama. Kesalahan sedikit saja bisa menyebabkan tubrukan. Dalam situasi darurat, astronot harus mampu mengendalikan kapsul secara manual agar dapat merapat.

Mengerem kapsul sebelum masuk ke atmosfir Bumi

Sekarang soal kembali ke Bumi. Setelah kapsul ruang angkasa yangmengangkut astronot melepaskan diri dari ISS, kapsul masih melaju dengan kecepatan 28.000 km per jam di angkasa. Jadi harus direm terlebih dahulu. Jika sudah berada cukup jauh dari ISS, kapsul akan menghidupkan mesin penggerak agar bisa mengurangi kecepatannya dan meninggalkan orbit. 

Komponen yang tidak dibutuhkan lagi akan diledakkan. Perjalanan masuk ke atmosfir Bumi harus dalam kecepatan tertentu, juga dalam sudut yang tepat.

Jika kapsul melaju terlalu lambat, dan sudut terbangnya dengan Bumi terlalu kecil, maka kapsul akan terpantul, ibaratnya batu ceper yang dilempar ke atas air, dan terlontar kembali ke angkasa.

Jika terbangnya terlalu cepat dan terlalu curam, bisa membuat lapisan pelindung panas rusak, dan astronot mati terbakar. Karena ketika kapsul masuk ke atmosfir Bumi dengan kecepatan tinggi, kapsul akan direm lapisan udara. Selain itu terjadi gesekan yang menimbulkan panas, dan bisa mencapai 2.000° Celcius. 

Parasut untuk mengurangi kecepatan

Sebuah parasut juga mengurangi laju kapsul ketika memasuki atmosfir Bumi. Roket-roket buatan Rusia masih akan menyalakan mesin khusus sebelum mencapai tanah, agar kapsul mendarat di Bumi dengan aman pada kecepatan lima kilometer per jam. 

Sedangkan roket-roket buatan NASA tidak perlu pengereman ini, karena mendarat di air. Gerakan air meredam benturan kapsul. (ml)