1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiUkraina

Produksi Drone di Ukraina Berkembang Pesat

Anna Psemyska
24 November 2023

Ukraina melaporkan produksi drone telah meningkat lebih dari 100 kali lipat sejak invasi Rusia. Perusahaan swasta mengembangkan model-modelnya sendiri. Tapi Ukraina tetap kekurangan drone.

https://p.dw.com/p/4ZN0S
Militer Ukraina di perbatasan timur negara itu
Perang telah mengubah Ukraina, salah satunya produksi drone telah meningkat lebih dari 100 kali lipat sejak invasi Rusia.Foto: Mathias Bölinger/DW

Di salah satu bengkel perusahaan Skyeton, pekerjaan tidak pernah berhenti. Karyawan perusahaan pertahanan swasta itu bekerja siang dan malam: memotong komponen, merakit, memeriksa perangkat lunak. Produk akhirnya adalah sistem drone Raybird-3, sebutan militernya ACS-3.

Pesawat mini tak berawak ini memiliki rentang sayap hampir tiga meter dengan bobot kurang dari 50 kg. Pesawat ini dapat terbang sampai 120 kilometer. Karena itu dapat juga digunakan untuk penerbangan pengintaian di daerah pedalaman musuh.

Raybird-3 telah digunakan oleh angkatan bersenjata Ukraina sejak 2018. Namun sejak Februari 2022, Skyeton telah meningkatkan produksinya secara besar-besaran. "Apa yang dikerjakan dalam waktu satu tahun sebelum 2022, sekarang bisa kami selesaikan dalam beberapa minggu,” kata Andrij Fialkowskyj, direktur Skyeton.

Sampai tahun 2014, Skyeton memproduksi pesawat latih. Sekarang produknya bervariasi: pesawat tanpa awak, sistem peluncuran drone, sistem komunikasi stasiun bumi termasuk antenanya. Masalah terbesar perusahaan adalah keamanan terhadap serangan Rusia. Itu sebabnya, Skyeton tidak memproduksi di satu lokasi, tapi di banyak unit produksi yang terpisah-pisah.

Skyteon bukan satu-satunya perusahaan yang memperluas produksi drone dalam beberapa tahun terakhir. Industri drone militer mengalami booming di Ukraina, karena sejak invasi Rusia Februari 2022, permintaan peralatan militer di Ukraina meningkat, terutama drone tempur. Tergantung modelnya, drone bisa digunakan untuk pengintaian atau untuk menyerang target musuh.

Sejak itu, banyak perusahaan kecil dan besar mulai mengembangkan sistem drone mereka sendiri. Salah satunya Ukrspecsystems, yang memproduksi drone pengintai "Shark”, dengan jangkauan sekitar 80 kilometer. Sistem ini dikembangkan hanya dalam enam bulan, dan mulai diperkenalkan ke publik pada Oktober 2022.

Drone Raybird-3 (ACS-3)
Drone Raybird-3 (ACS-3) produksi perusahaan SkyetonFoto: DW

Produksi drone untuk pengintaian

Di antara drone pengintai yang diproduksi di Ukraina, model-model yang sangat populer adalah Shark, Leleka-100 (Stork), Furia, Valkyrie dan PD-2 (People's Drone). Fungsi utama drone pengintai adalah untuk memata-matai lokasi dan logistik pasukan musuh, agar dapat mengarahkan artileri atau sistem rudal jarak dekat ke sasaran dengan tepat.

Sedangkan mengenai perkembangan drone kamikaze Beaver dari perusahaan UkrJet, hanya ada sedikit sekali informasi. Konon Beaver bisa terbang sampai sejauh 1000 kilometer. Menurut pengamat, drone ini telah beberapa kali mencapai sasaran di Moskow. Media Rusia juga pernah mempublikasikan gambar drone yang berhasil sampai ke Moskow dan menyerupai UkrJet UJ-22 Airborne.

Juga tentang drone kamikaze RUBAKA, yang merupakan drone serangan jarak jauh, tidak banyak infromasi yang bisa didapat. Drone serangan jarak jauh biasanya dikendalikan dengan sistem GPS dan dipersenjatai dengan hulu ledak bermuatan sampai 50 kilogram bahan peledak.

"Perusahaan senjata negara Ukroboronprom juga mengembangkan drone", kata direkturnya Herman Smetanin. Produksi massalnya telah dimulai dan ada juga "model yang lebih kuat,” katanya.

Kekurangan drone untuk menyerang

"Kami telah meningkatkan produksi drone sebanyak seratus kali lipat, dalam beberapa kasus hingga 150 kali lipat dan bahkan mungkin lebih,” kata Giorgi Tskhakaia, penasihat Menteri Transformasi Digital, dan salah satu arsitek proyek relawan "Drone Army”.

Tapi dia mengatakan, jumlah drone tidak akan pernah cukup: "Persediaan drone selalu terbatas karena sangat dibutuhkan,” katanya kepada DW. Menurut Giorgi Tskhakaia, pada awal invasi Rusia ke Ukraina, hanya ada tujuh produsen drone di Ukraina, satu setengah tahun kemudian sudah ada sekitar 150 perusahaan, sebagian besar milik swasta.

Anggota staf senior Museum Penerbangan Negara, Valeriy Romanenko, menggambarkan kemajuan Ukraina selama satu setengah tahun terakhir dalam memproduksi drone sebagai sebuah "lompatan ke depan.” Tapi semua itu belum cukup.

"Jika kami ingin melakukan serangan massal terhadap pabrik, lapangan terbang, dan depot senjata Rusia, kami memerlukan drone berat yang dapat menembus langit-langit gedung dan mengenai objek di dalamnya," katanya. Jumlah drone yang dimiliki Ukraina saat ini ibarat satu sendok teh, sementara yang dibutuhkan satu ember, pungkasnya.

(hp/as)