1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Prosesi Duka Di Suriah Ditembaki

24 April 2011

Pasukan Keamanan Presiden Suriah menembaki partisipan prosesi penguburan demonstran-demonstran yang tewas pada hari sebelumnya.

https://p.dw.com/p/1133Q
Video grab - People demonstrating against Syrian regime in Baniyas, Syria on April 22, 2011. Photo by ABACAPRESS.COM
Foto: picture alliance/abaca

Penembak jitu kembali dikerahkan, dan korban kembaliberjatuhan. Warga Suriah yang sesuai ajaran Islam pagi hari Sabtu (23/4) bermaksud menguburkan para demonstran yang tewas hari sebelumnya, menjadi sasaran serangan pasukan keamanan Presiden Bashar Al Assad.

Melaporkan dari Daraa, Ali Abdullah Hariri, "Ribuan dari kami tengah menuju Esra, ketika kami tiba di Checkpoint Rudom Ghazali, mereka tiba-tiba menembaki kami tanpa memberikan peringatan sebelumnya “

Ajang Protes

Prosesi kematian di Damaskus mengalami nasib yang sama. Dan di sanapun jatuh korban tewas. Di seluruh negeri, acara pemakaman pada hari Sabtu 23/04 menjadi ajang politik yang memprotes penembakan demonstran pada hari Jumat (22/04). Abdullah Aba Zaid, seorang saksi mata menuturkan, "Puluhan ribu orang ikut dalam prosesi duka itu. Semua menginginkan berakhirnya rejim ini, seperti kemarin.“

Awalnya terdengar yel-yel menuntut mundur pemerintah. Kemudian disusul desing tembakan dari atap-atap gedung dan dari jendela. Di jalanan, rakyatpun panik. Itulah yang dialami puluhan ribu orang hari Jumat di berbagai kota Suriah. 50, 70, 90 bahkan lebih dari 100 demonstran tewas, menghadapi kekerasan pemerintahnya. Jumlah persisnya belum diketahui. Kaum oposisi hanya memiliki telepon genggam dan internet sebagai alat untuk menarik perhatian media-media Arab terhadap kesulitan yang mereka alami.

Keterangan Berbeda

Sementara itu, televisi nasional Suriah menunjukkan gambar-gambar yang sama sekali berbeda. "Facebook, Twitter, Youtube dan siaran-siaran satelit semuanya menyebarkan kebohongan. Di beberapa tempat berkumpul segelintir orang, tidak lebih“. Begitu ungkap moderator.

Seorang jurnalis Damaskus mengutip keterangan resmi, "Semua dipaksa berpikir, bahwa pemerintah menembaki kaum demonstran. Itu bohong belaka. Karena seharusnya ada bukti, penyelidikan, kemudian yang bersalah dihukum. Ini semua merupakan ulah asing dengan uang dan senjata. Semoga akan cepat terbongkar“.

Teori konspirasi kembali dikumandangkan. Namun pengalaman Radif Mustafa dari Aleppo sangat berbeda. Ungkapnya, "Setelah Undang-Undang Darurat dicabut, agen-agen rahasia masih menangkapi orang-orang di jalanan.“

Tindakan Presiden

Pencabutan Undang-Undang Darurat yang sudah berlaku selama 48 tahun, menunjukkan kelemahan Assad. Tampak jelas perintahnya tidak dihiraukan dan anak buahnya bertindak sesuka hati mereka. Assad tampaknya sudah kehilangan kekuatan politiknya. Sejumlah anggota parlemen sudah membelot dari Assad.

Penembak-penembak jitu masih sengit menyebar ketakutan dalam masyarakat. Pemerintah terbukti tidak mampu melaksanakan reformasi. Assad tampaknya berusaha mempertahankan kekuasaannya, dengan segala cara. Dalam situasi ini tampaknya masih akan jatuh banyak korban lagi di antara kaum demonstran.

Ulrich Leidholdt / Edith Koesoemawiria
Editor: Marjory Linardy