1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Protes Atas Film "Innocence of Muslims" Meluas

17 September 2012

Aksi protes atas film yang dianggap anti Islam terjadi di beberapa kota Indonesia, namun tidak ada laporan mengenai kekerasan yang menyertai demonstrasi tersebut. Aksi serupa juga terjadi di Malaysia.

https://p.dw.com/p/16ACu
Foto: Reuters

Demonstrasi digelar hari Senin (17/09) di kota seperti Medan, bandung dan juga Jakarta. Akhir pekan lalu, para demonstran melempari restoran cepat saji KFC dan McDonald's. Aksi itu memaksa para pelanggan pergi dan membuat pengelola menutup restoran.

Sekitar 50 orang yang tergabung dari Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI menggelar aksi protes dengan menginjak-injak bendera Amerika dan melempari kantor Konsulat Amerika di Medan, Sumatera Utara. Polisi terpaksa mendorong massa karena mereka ingin memasuki kantor konsulat.

„Kami mengutuk film yang menghina Nabi Muhamad, yang melukai umat Islam di seluruh dunia. Hancurkan Amerika,“ teriak para demonstran sambil menyerukan „Allahu Akbar.“Beberapa demonstran membawa spanduk bertuliskan “kamatian bagi sang pembuat film” dan “Amerika adalah teroris yang mengancam perdamaian dunia.”

Kedutaan Amerika telah mengeluarkan pesan darurat kepada warganya pada hari Senin, terkait rencana aksi besar-besaran.

Desakan Menutup Akses „Innocence of Muslims“

Film berjudul „Innocence of Muslims“ yang dibuat di Amerika, mengejek-ejek Islam dan menggambarkan Nabi Muhamad sebagai penipu, playboy dan gila. Film ini memicu protes yang disertai kekerasan di sejumlah negara.

Sementara itu pemerintah Malaysia telah meminta Google untuk menutup akses atas film „Innocence of Muslims.“ Menteri Informasi Rais Yatim mengatakan bahwa pemerintah Malaysia ingin cuplikan video itu dihapus dari YouTube karena dikhawatirkan bakal memicu kemarahan muslim di negara tersebut.

Google adalah pemilik Youtube, situs untuk berbagi rekaman video. YouTube telah menutup akses atas film tersebut di Libya dan Mesir, sambil mengutip „situasi yang sangat sensitif“ di negara tersebut. Tindakan yang sama juga dilakukan di India dan Indonesia, karena pemerintah setempat mengatakan kepada YouTube bahwa rekaman film itu melanggar hukum yang berlaku.

afp/ ap (AB/ HP)