1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Protes 'Hari Kepergian' Mubarak

4 Februari 2011

Puluhan ribu demonstran anti-Mubarak kembali berkumpul di Lapangan Tahrir di pusat ibukota Mesir, Kairo. Mereka menggelar aksi yang disebut “Hari Kepergian”.

https://p.dw.com/p/10AlT
Demonstrasi di Lapangan TahrirFoto: AP

Setelah serangan brutal kelompok tukang pukul yang disewa pemerintah, kini semakin banyak warga Mesir yang menuntut lengsernya presiden Husni Mubarak. Akibat serbuan kelompok pro-Mubarak itu, sejak Rabu lalu tercatat sedikitnya 13 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang cedera. Para demonstran menyerukan, hari Jumat ini, sebagai hari terakhir Mubarak. Dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC Kamis kemarin, Mubarak menyatakan siap mundur, tapi dikhawatirkan terjadi kekacauan lebih besar.

Sementara itu saksi mata melaporkan, tentara dan polisi tadi pagi mulai membongkar barikade yang dipasang untuk menahan serangan para pendukung Mubarak. Seorang demonstran ngotot mempertahankan barikade itu dan mengajukan argumennya : “Anda lihat, peluru lawan manusia yang membawa batu di tangannya, bahkan orang-orang yang tidak punya senjata, yang berani menghadapi para penembak. Orang-orang ini hanya menuntut haknya dalam sebuah demonstrasi damai. Mengapa mereka ditembaki?“

Militer yang mula-mula tidak bereaksi menyaksikan bentrokan antara demonstran anti-Mubarak dan kelompok tukang pukul pro-Mubarak, mulai Kamis siang kemarin mengambil posisi di tengah diantara kedua kelompok. Juga dilaporkan, menteri pertahanan Mesir, jenderal Mohammed Hussein Tantawi dan sejumlah petinggi militer, Jumat pagi berkunjung ke Lapangan Tahrir, yang menjadi simbol aksi perlawanan rakyat.

Seiring meningkatnya eskalasi di Mesir, kerja para wartawan kini juga semakin sulit. Dilaporkan, dalam dua hari terakhir ini, kelompok pro-Mubarak semakin meningkatkan aksi intimidasinya terhadap wartawan asing maupun lokal. Sejumlah wartawan dipukuli dan dicuri perlengkapannya. Komite untuk perlindungan wartawan di Washington melaporkan, sedikitnya 24 jurnalis perwakilan media luar negeri ditangkap. Bahkan anggota dinas rahasia dan keamanan Mesir disebut-sebut melakukan razia ke hotel-hotel, untuk merampas kamera wartawan asing. Pemerintah AS menyebutkan pengejaran secara sistematis terhadap jurnalis dan aktivis pembela hak asasi manusia. Menanggapi aksi brutal terhadap para wartawan itu, sekretaris jenderal PBB, Ban Ki Moon dalam kunjungannya di Jerman melontarkan kecaman keras: “Ini membuat marah dan samasekali tidak dapat diterima. Itu harus dihentikan sekarang juga.“

Senada dengan itu para kepala negara dan kepala pemerintahan Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol mengeluarkan pernyataan bersama, yang mengutuk aksi kekerasan di Mesir. Juga pimpinan politik luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton kembali mengingatkan pimpinan di Kairo, untuk melakukan transisi demokrasi secepatnya. Tapi Ashton tetap tidak mengambil posisi tegas untuk menuntut mundurnya Mubarak.

Agus Setiawan

Editor :Ayu Purwaningsih