1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300311 Leistungszentren als Erfolgsmodell

31 Maret 2011

Sejak 10 tahun terakhir 36 klub sepakbola profi Jerman harus membuka pusat pelatihan. Lebih dari 600 juta Euro selama ini sudah diinvestasikan. Perhimpunan liga dan Liga Sepakbola Jerman kini menarik neraca positif.

https://p.dw.com/p/10lUX
Trikot di dinding pusat pelatihan Borussia MönchengladbachFoto: DW

Dalam Piala dunia 2010 di Afrika Selatan pemain muda Jerman seperti Mesut Özil dan Thomas Müller menarik perhatian dengan permainan sepak bola menyerangnya. Dan di liga utama Jerman Bundesliga, klub Borrusia Dortmund dengan pemain profi mudanya seperti Mario Götze secara meyakinkan menyongsong gelar juara. Dua perkembangan yang juga merupakan hasil dari pengolahan bibit pemain baru yang konsekuen.

"Kami dapat membuktikan, bahwa 10 tahun pusat pelatihan remaja dan dorongan pengolahan bibit baru, adalah sebuah kisah sukses.“

Demikian neraca yang ditarik pimpinan Liga Jerman, Reinhard Rauball. 10 tahun lalu pembentukan pusat pelatihan dalam klub sepakbola profesional Jerman diwajibkan secara resmi. Hal itu dilatarbelakangi tampilan buruk tim panser Jerman dalam Piala Eropa 2000.

"Titik terendahnya terjadi tahun 2000 dalam kejuaraan Piala Eropa, ketika kami di putaran awal tersisih telak, hanya mampu meraih 1 poin, dari selisih gol 1 banding 5.“

Sementara ini 52,4 persen dari semua pemain Bundesliga berasal dari pusat pelatihan kader pemain. Investasi yang ditanam klub-klub sepakbola kini sudah lebih dari 600 juta Euro. Dewasa ini lebih dari 5400 pemain yang aktif di pusat-pusat latihan itu, seperti juga pada klub Bundesliga Borrusia Mönchengladbach

“Kami semua berada dalam satu atap, dengan tempat-tempat latihan, tempat tinggal dan administrasi. Sekolahnya berjarak lima menit dari sini sehingga manajemen waktu para remaja cukup padat.”

Dijelaskan direktur pusat pelatihan bibit pemain berbakat Roland Virkus mengenai konsep pusat latihan tersebut. Para pemain muda sebagian tinggal langsung di kawasan dekat stadion Borrusia. Yang diharapkan dari hal ini adalah kedekatan dengan para pemain profi. Sebab kurangnya komunikasi sering menjadi masalah besar. Diharapkan para pemain muda berkomunikasi dengan para profi, agar mereka juga dapat melihat masalah-masalah apa yang dapat timbul. Masalah apa yang dihadapi pemain muda Marco Reus atau Marko Marin. Lebih lanjut Virkus mengungkapkan, sejumlah pemain profi Bundesliga seperti Marvin Compper, Eugen Polanski atau Marcel Jansen juga berasal dari tempat pendulangan bakat klub Borussia, yang juga mencari bibit-bibit baru dari tingkat internasional.

Tapi ada juga masalah dimana para pemain muda sudah dilepas atau dibujuk untuk pindah klub oleh para penasihat.

“Kini kita berbicara tentang anak berusia 12 tahun yang juga sudah diwajibkan bermain di luar negara bagian. Itu dipandang sebagai pembajakan.”

Kritik Andreas Rettig manajer liga dua FC Augsburg dan pimpinan Komisi Pusat Latihan Perhimpunan Liga Jerman.

Baru-baru ini klub Hertha Berlin melarang seluruh pencari bakat dari 1899 Hoffenheim memasuki stadion di Berlin, dan mengajukan gugatan terhadap praktek pembajakan kader muda oleh klub-klub di liga utama.

Ketua Liga Jerman Rauball mengatakan

“Kami harus membahas tema ini dan melihat peluang hukum mana yang ada. Tapi saya memandang sebuah koalisi yang logis akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya hal-hal eksplosif yang tidak kita sukai seperti ini di masa depan.”

Arnulf Boettcher/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan