1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pusat Riset Energi Alternatif di Mesir

14 Juli 2010

Mesir lebih menganut paham "negara kaya minyak tak butuh alternatif". Tapi, kejayaan negara penghasil minyak Arab Saudi, Kuwait dan Mesir mulai pudar.

https://p.dw.com/p/OIwM
Pembangkit listrik tenaga angin di selatan kota Kairo yang menjadi awal proyek energi alternatif di MesirFoto: AP

Kebutuhan energi Mesir terus meningkat sementara persediaan energi fosil, yaitu minyak dan gas bumi, hanya tersedia dalam jumlah terbatas. Program bantuan pembanguan Jerman fokus pada pengembangan energi terbarukan sejak sepuluh tahun lalu. Lalu, mengapa pilihan jatuh pada Mesir sebagai pusat energi terbarukan di kawasan Afrika Utara?

"Di Mesir, tenaga angin berpotensi sangat besar, karena itu ideal untuk pengembangan energi terbarukan yang memanfaatkan angin, selain itu, Mesir juga mendapat banyak matahari, sehingga teknologi energi surya juga bisa dikembangkan," dijelaskan Andreas Holtkotte, direktur cabang Kairo Bank Bantuan Pembanguan Jerman (KfW).

Kerjasama Internasional

Jerman berkepentingan dalam pengembangan energi angin dan surya di Mesir, mengingat di kedua sektor ini, Jerman adalah pemimpin pasar dunia. Menteri Bantuan Pembanguan Jerman Niebel meluangkan waktu untuk mengunjugi sejumlah proyek multi-nasional di Mesir, di mana Bank Bantuan Pembangunan (KfW) bertindak sebagai koordintar, sebagai wakil pemerintah Jerman.

Kerja sama dengan donor berbagai negara untuk mendanai satu proyek merupakan kebijakan yang makin tersebar luas. Seperti yang dikatkan Holtkotte, "Ini bisa diamati di negara Afrika, di mana setiap donor memiliki proyek tersendiri. Itu kan gaya kerja sama pembangunan yang sudah kadaluarsa. Sekarang strateginya sudah beda, meski harus diakui bahwa tidak mudah untuk mengumpulkan semuanya di satu meja dan merumuskan satu program, itu cukup berat dan tidak bis dilakukan dengan semua donor."

Taman Zaafarana adalah contoh kerja sama internasional di sektor energi angin. Pembangkit listrik energi angin yang berlokasi di Laut Merah ini didanai Denmark, Spanyol, Jepang dan Jerman dan merupakan yang terbesar di Afrika. Sepuluh tahun lalu, pemerintah Mesir ragu-ragu untuk menyetujui konsep energi terbarukan ini. Tapi kini, pihak swasta berlomba-lomba untuk berinvestasi, sehingga pemerintah dapat membangunan dua pembangkit listrik energi angin lainnya yang sama sekali tidak disubsidi pemerintah.

Proyek Energi Alternatif Lainnya

Industri Mesir makin maju dalam soal energi terbarukan, sehingga sekarang beberapa komponen seperti misalnya kincir angin sudah dapat diproduksi di dalam negeri oleh joint venture atau perusahaan gabungan Jerman dan Mesir. Ini merupakan isyarat bagi Bank Bantuan Pembangunan Jerman (KfW) untuk perlahan menarik diri dari sektor energi angin. Kini fokusnya beralih pada energi surya. Dan berbeda dengan masa-masa awal sepuluh tahun lalu, kali ini pemerintah Mesir dengan antusias mendukung proyek pengembangan energi terbarukan ini.

Pengembangan energi terbarukan di Mesir tak hanya menguntungkan Afrika Utara. Jika ada kapasitas berlebih di masa depan, kawasan ini bahkan dapat mengekspor listrik untuk memenuhi kebutuhan Eropa.

Esther Saoub/Ziphora Robina
Editor: Christa Saloh-Förster