1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Putin Kritik Barat soal Istilah Terorisme

25 April 2013

Rusia mengklaim diri sebagai korban terorisme. Presiden Vladimir Putin mengatakan kasus bom marathon Boston menjadi bukti pembenaran sikap keras mereka terhadap pemberontak Cehnya.

https://p.dw.com/p/18NHd
Foto: dapd

Rusia tidak ingin dipersalahkan dalam kasus serangan bom marathon Boston, karena mereka sendiri mengaku sebagai korban terorisme internasional.

Dalam pernyataan pertamanya atas serangan itu, presiden Rusia mengatakan, para tersangka yang berasal dari Cehnya hanya menegaskan sikap Moskow atas kelompok pemberontak Islamis di utara Kaukasus.

“Kami selalu mengatakan bahwa yang ada di sana itu bukan pemberontak tapi teroris,” kata Putin dalam sebuah acara tanya jawab di TV.

Mengkritik Barat

Para tersangka pemboman, adalah Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev, yang aslinya berasal dari keluarga Cehnya, tapi telah bertahun-tahun tinggal di Amerika.

Putin juga menuduh barat menawarkan dukungan “informasi, keuangan dan politik” secara langsung maupun tidak langsung atas kegiatan para ektrimis di wilayah Rusia.

Sejumlah pemimpin pemberontak Cehnya pada tahun 1990an mendapat suaka politik di Negara-negara seperti Inggris dan Norwegia, tokoh yang peling terkenal Akhmed Zakayev tinggal di London. Tapi barat tidak setuju dengan Moskow dan melihat mereka sebagai orang moderat ketimbang teroris.

Putin menekankan bahwa serangan terror seperti yang terjadi di Boston seharusnya tidak dikaitkan dengan “problem nasionalisme atau agama” di Rusia. ”Kami sudah ribuan kali mengatakan, masalahnya terbentang pada semangat ekstrimis dari orang-orang ini,” jelas Putin.


Korban Terorisme

Putin juga menyarankan bahwa serangan itu akan menyegarkan kembali kerjasama dengan Amerika. ”Tragedi Boston mendorong Moskow dan Washington untuk bergabung menghadapi ancaman bersama,” kata dia sambil menambahkan bahwa jika kekuatan dunia tidak bergabung dalam kekuatan bersama untuk melawan terorisme, maka serangan teroris akan terus terjadi.

“Saya harap tragedi ini akan mendorong kami semakin dekat satu sama lain untuk menghentikan ancaman bersama ini,” kata Putin sambil mengatakan bahwa Moskow juga selama ini telah menjadi korban terorisme.

Putin mengatakan bahwa dirinya marah saat media barat menggambarkan para militan yang melakukan serangan atas wilayah Rusia sebagai “pemberontak”.

“Itu selalu membuat saya marah ketika para partner barat kami…menyebut para teroris kami, yang melakukan kejahatan yang buas, berdarah dan menjijikkan di wilayah Rusia, hanyalah ‘pemberontak', dan hampir tidak pernah menggunakan istilah ‘teroris',” pungkas Putin.

ab/hp (afp/ap/dpa)