1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Utara

Rakyat Bukan Penentu Presiden Terpilih AS

Spencer Kimball
2 November 2020

Berkat sistem lembaga pemilihan ini, dua kandidat yang tidak memiliki suara mayoritas terpilih sebagai presiden. Terakhir terjadi tahun 2016, saat Donald Trump unggul atas Hillary Clinton berkat Electoral College.

https://p.dw.com/p/2RoxR
Sertifikat Electoral College
Pemilih Presiden AS adalah Electoral CollegeFoto: Getty Images/C. Somodevilla

Bagi kebanyakan warga negara Amerika Serikat sekalipun, sistem pemilihan presiden di negaranya sulit dimengerti. Semua warga negara AS yang berusia di atas 18 tahun berhak memberikan suara dalam pemilihan presiden 3 November 2020. Tapi calon yang paling banyak meraih suara tidak otomatis berarti akan jadi pemenangnya. Sebuah lembaga yang disebut "Electoral College" atau Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden jadi penentu terakhir. Lembaga itu terdiri dari 538 orang wakil.

Dari 50 negara bagian di AS, kuota wakil dari tiap negara bagian dalam lembaga itu jumlahnya berbeda-beda. Wakil tiap negara bagian dalam lembaga itu terdiri dari orang-orang yang duduk dalam dua kamar Kongres, yaitu: Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representative) dan Senat. Dalam Dewan Perwakilan Rakyat, jumlah wakil negara bagian tergantung jumlah populasinya. Sementara dalam Senat, tiap negara bagian diwakili dua senator. 

Misalnya, negara bagian New York punya 27 kursi dalam Dewan Perwakilan Rakyat, dan dua Senator. Berdasarkan rumus ini, Partai Demokrat dan Republik di New York memiliki 29 pemilih yang duduk dalam Electoral College. "Mereka biasanya pendukung setia partai," kata George Edwards III, seorang pakar Electoral College pada Texas A&M University.

Infografik sistem kerja Electoral College
Bagaimana sistem kerja Electoral College

Demokrasi tak langsung

Saat warga Amerika memberikan suaranya tanggal 3 November, sebenarnya mereka menentukan partai mana di negara bagian mereka yang dipilih untuk mengirimkan wakil pemilih ke Electoral College. Nanti di bulan Desember, wakil pemilih ini berkumpul di ibukota tiap negara bagian dan memberikan suara bagi calon presiden. Baru Januari 2021, Kongres menerima dan menghitung suara yang diberikan semua pemilih dari 50 negara bagian dan dan dari Washington DC.

Kandidat yang berhasil meraih 270 suara pemilih di Electoral College, berarti terpilih menjadi presiden AS. Biasanya, calon yang dapat paling banyak suara di bulan November juga jadi calon yang mendapat paling banyak suara pada Electoral College Desember nanti. Tapi tidak selalu begitu. Jika hasilnya tidak sama, yang menentukan adalah pengumpulan suara pada Electoral College.

Pemilih tak puas

Badan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden itu terbentuk dari kompromi yang tercapai antara orang-orang yang merumuskan konstitusi AS, yang disahkan tahun 1788. Ketika itu, demokrasi jarang terjadi dan tidak teruji. Sebagian dari mereka khawatir, demokrasi langsung akan mengarah pada situasi kacau-balau.

AS mengalami perubahan drastis dalam beberapa ratus tahun setelah didirikan, tapi lembaga Electoral College tetap ada dan berfungsi, walaupun mayoritas orang AS lebih suka jika lembaga itu tidak ada lagi. Menurut jajak pendapat Gallup tahun 2011, 60% rakyat lebih memilih pemilihan presiden secara langsung.

Di 48 negara bagian, Electoral Collage bersifat "the winner takes it all". Misalnya di California, secara tradisional sebagian besar penduduk memilih calon dari Partai Demokrat. Artinya, sebagian besar suara pemilih dari negara bagian itu selalu diberikan bagi kubu Demokrat. Sementara Partai Republik yang minoritas tidak terwakili di antara pemilih.  

Akibatnya, Partai Demokrat sudah mengantongi California sejak awal, dan Republik tidak berusaha menang di sana. Situasi sama juga terjadi di Texas, tetapi terbalik. Di sana yang "berkuasa" adalah Partai Republik.

Sehingga akhirnya, negara bagian yang disebut "swing state" jadi medan laga bagi kedua kubu. Di sana kedua calon punya peluang sama untuk menang. 

Dorong reformasi

Walaupun sebagian besar orang AS ingin sistem diubah, reformasi juga tidak mudah dilaksanakan. Mengubah konstitusi untuk menghapus Electoral College perlu dua pertiga suara di Kongres dan tiga perempat dari seluruh negara bagian.

Sebuah inisiatif yang disebut National Popular Vote berupaya melaksanakannya. 10 negara bagian dan ibukota AS Washington DC sudah menyatakan akan selalu memberikan suara pada Electoral College kepada calon yang dapat suara mayoritas rakyat. Supaya berhasil, National Popular Vote harus ditandatangani sebanyak mungkin negara bagian hingga 270 suara. Sejauh ini upaya baru berhasil 61%. (ml/as)