1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Uni Eropa Terlalu Lambat

24 Februari 2011

Uni Eropa terkejut menghadapi gejolak politik di negara-negara Afrika Utara. Ternyata Eropa belum mampu bereaksi dengan satu suara.

https://p.dw.com/p/10P3Y
Pengungsi dari Libya di perbatasan ke MesirFoto: AP

Harian liberal kiri Italia La Reppublicca menyoroti reaksi Uni Eropa atas perubahan cepat di Afrika Utara. Harian ini menulis:

Lebih satu bulan berlalu, sejak revolusi di Afrika Utara dimulai. Peristiwa ini mengubah wajah kawasan Laut Tengah. Akhir dari gejolak politik ini akan juga tergantung dari reaksi Eropa dan Italia. Kita sekarang harus bertanya, apakah kita sudah bereaksi dengan benar? Apakah kita sudah melakukan segala hal, untuk melindungi para tetangga kita dari penindasan berdarah? Amerika Serikat bereaksi jauh lebih cepat daripada Eropa. Mereka bersedia mendukung perubahan demokratis di Afrika Utara. Sedangkan di Eropa, justru Italia yang bereaksi paling lambat untuk mengambil jarak dari para diktator. Padahal Italia seharusnya punya kepentingan besar mendukung demokratisasi di Laut Tengah. Di sini terlihat, masih ada kekhawatiran besar di Eropa terhadap perubahan.

Harian Denmark Information berkomentar:

Orang patut bertanya, apalagi yang harus terjadi, sampai Eropa berbicara dengan satu suara. Dengan gejolak di Libya, rangkaian aksi perlawanan menuntut demokrasi di dunia arab makin dekat ke perbatasan Uni Eropa. Tapi kemungkinan besar, Eropa tidak bisa mempengaruhi arah perubahan di Libya. Selama puluhan tahun, Eropa mendukung diktator Libya Muammar Gaddafi. Setelah muncul aksi perlawanan di dunia arab dalam beberapa minggu terakhir, satu hal makin jelas: Eropa ternyata tidak bisa mempengaruhi perkembangan dunia.

Harian Inggris Times menilai, sikap pemerintah Inggris terhadap Libya tidak tegas. Harian ini menulis:

Reaksi Inggris terhadap aksi kekerasan dan teror di jalan-jalan di kota Tripoli dan Bengazi terlalu berbelit-belit dan lambat. Menteri Luar Negeri Willliam Hague mengatakan, sudah ada pesawat yang siap membawa pulang warga Inggris dari Libya. Kenyataannya, pesawat itu tidak ada. Gejolak di Libya adalah ujian bagi menlu Hague. Sementara Presiden Amerika Serikat Obama untuk waktu lama tidak kelihatan di panggung dunia. Dalam situasi ini, sebenarnya tidak sulit bagi Inggris untuk memimpin inisiatif. Jika tidak melakukan apa-apa, dampaknya malah bisa menjadi mahal. Hague sekarang punya peluang, ikut berperan dalam perkembangan di kawasan Afrika Utara. Ia sebaiknya menggunakan peluang itu.

Harian Spanyol El Mundo mengeritik politik Eropa terhadap perkembangan di Afrika Utara. Harian ini menulis:

Perkembangan tragis di Libya sekali lagi membuktikan, bahwa Uni Eropa tidak mampu bereaksi sercara memadai terhadap sebuah krisis besar. Eropa tidak punya jawaban terhadap aksi pembantaian yang dilakukan rejim Gaddafi. Uni Eropa juga tidak tau, bagaimana menghadapi ancaman arus pengungsi yang muncul akibat krisis ini. Uni Eropa tidak melakukan apa-apa menghadapi lonjakan harga minyak. Eropa perlu politik bersama, dan ini hanya mungkin dengan adanya semacam pemerintahan Eropa yang kuat. Eksperimen dengan Presiden Dewan Eropa van Rompuy, dan Pejabat Tinggi Urusan Luar Negeri Ashton, ternyata tidak berfungsi.

Verlyana Hitipeuw/dpa
Editor: Pasuhuk