1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rejim Militer Thailand Klaim Didukung 99 Persen Rakyatnya

23 Desember 2015

Rejim militer di Thailand mengatakan 99 persen dari rakyat negara itu senang dengan kinerja pemerintahan militer sejak tentara mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tahun lalu.

https://p.dw.com/p/1HSSP
Thailand Premierminister Prayuth Chan-ocha 30.09.2014
Foto: Reuters/Athit Perawongmetha

Inilah jenis hasil jajak pendapat yang biasanya terlihat dalam hasil pemilihan umum di Korea Utara atau saat Irak berada di bawah kekuasaan Saddam Hussein. Pemerintahan militer di Thailand mengklaim bahwa 98,9 persen warga negara Gajah Putih itu puas dengan kinerja pemerintahan.

Survei yang dilakukan oleh Badan Statistik Nasional Thailand itu menunjukkan bahwa 98,9 persen responden merasa puas dan percaya pada kinerja pemerintahnya. Demikian disampaikan juru bicara pemerintah Sansern Kaewkamnerd.

Tapi jubir pemerintah ini tidak mengungkapkan bentuk maupun data-data margin of error dari survei yang dilakukan. Dia hanya mengatakan ada 2700 orang yang ikut survei nasional yang dilaksanakan dari 27 November - 4 Desember tahun ini.

Thailand Prayuth Chan-ocha
Pemimpin Nasional Thailand, Jendral Prayuth Chan-ochaFoto: Reuters/D. Sagolj

Wakil juru bicara pemerintah Werachon Sukondhapatipak menerangkan, sebenarnya ada lebih dari 7.000 orang yang disurvei pada bulan Desember.

Sedangkan Badan Statistik Nasional menyatakan telah melakukan jajak pendapat dengan responden berjumlah 3.900 orang dari tanggal 2 sampai 10 November. Hasilnya: 98,6 persen responden menyatakan puas dengan pemerintah.

Tidak ada penjelasan langsung dan mendasar mengenai data yang berbeda-beda itu, termasuk hasil survei.

Thailand Militärputsch Armeechef Prayuth Chan-Ocha mit Generäle
Pimpinan militer Thailand Jendral Prayuth Chan-ocha mengumumkan pengambil alihan kekuasaan, 22 Mei 2014Foto: imago

Polarisasi tajam di Thailand

Thailand mengalami polarisasi tajam setelah Jenderal, Chan-ocha mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan sipil hasil pemilu bulan Mei 2014, dan dengan itu mengakhiri aksi protes kalangan oposisi yang yang setia pada Raja Thailand.

Militer Thailand ketika itu mendapat kritik dari dunia internasional, karena negara di Asia Tenggara itu sampai saat itu dianggap sebagai salah satu pelopor demokratisasi di Asia.

Organisasi Human Rights Watch menyebutkan, pengambilalihan kekuasaan oleh militer telah membuat "situasi hak asasi manusia di Thailand terjun bebas".

Junta militer membatasi kebebasan berekspresi dan berkumpul, menahan ratusan akademisi, politisi, wartawan dan para kritikus yang menentang pemerintah. Mereka ditahan di pangkalan-pangkalan militer untuk mengikuti apa yang disebut "program penyesuaian sikap". Mereka hanya akan dibebaskan setelah menandatangani kontrak untuk tidak vokal menyuarakan kritik mereka.

Thailands Ex-Regierungschefin Yinluck soll wegen Korruption angeklagt werden
Mantan Perdana Menteri hasil pemilu, Yingluck ShinawatraFoto: Reuters

Menyambut Tahun Baru, pimpinan junta militer "mempersembahkan" sebuah lagu bagi warga Thailand yang dirilis Selasa (22/09) berjudul "Karena Kau Ada Thailand". Inilah untuk kedua kalinya Jendral Prayuth merilis lagu. Pertama kalinya lagunya dirilis tak lama setelah ia mengambil alih kekuasaan. Judulnya "Mengembalikan Kebahagiaan pada Rakyat," yang kemudian "wajib" diputar terus menerus di radio dan stasiun TV yang dikontrol pemerintah.