1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

010610 Friedensjirga Afghanistan

2 Juni 2010

Presiden Afghanistan Hamid Karzai pada awal tahun 2009 lalu sudah menyampaikan priotitas tertinggi sasaran politiknya, yakni rekonsiliasi dengan Taliban dan diakhirinya perang di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/NfLQ
Presiden Afghanistan Hamid KarzaiFoto: AP

Untuk mencapai sasaran ambisius ini, Karzai menyebutkan, sesuai tradisi di Afghanistan, ia akan mengundang Jirga Perdamaian untuk bersidang. Presiden Afghanistan itu memerlukan waktu hampir satu setengah tahun untuk meyakinkan mitranya di dalam dan di luar negeri, berkaitan dengan rencana besarnya itu.

Tapi siapa saja yang akan mengikuti sidang majelis ini? Hamid Karzai menjelaskan, “Dalam waktu dekat Jirga Perdamaian Nasional akan digelar di Kabul, dan pesertanya adalah para ketua suku berpengaruh, para ulama, ilmuwan, kelompok intelektual dan banyak saudara perempuan kita. Mereka akan berdiskusi bersama, bagaimana kita dapat menggalang proses reintegrasi saudara-saudara kita ke dalam masyarakat.“

Namun Karzai tidak menyebutkan rincian lainnya dari proyek politik dalam negeri terpentingnya itu. Untuk rincian lebih lanjut, yang berwenang adalah ketua organisasi penyelenggara Jirga, Faruq Wardak, yang saat ini memegang jabatan menteri pendidikan dan dikenal sebagai orang kepercayaan Karzai. Wardak menjelaskan Jirga Perdamaian Nasional sejak awal merupakan sebuah proses, yang sasaran akhirnya adalah saling pengertian dan perujukan diantara semua pihak yang bertikai.

Wardak menambahkan, dalam Jirga Perdamaian yang memutuskan bukan pemerintah melainkan rakyat Afghanistan. Namun ia bungkam, menyangkut adanya dokumen setebal 38 halaman, yang menetapkan apa yang hendak diusulkan pemerintahan di Kabul kepada kelompok Taliban. Anggota kelompok perlawanan biasa, hendak dijamin bebas dari tuntutan hukum. Pimpinan Taliban atau Hizbe Islami dapat ditawari langkah pengasingan, jika mereka melepaskan diri dari Al Qaida.

Akan tetapi sejauh ini kelompok Taliban pada prinsipnya menolak perundingan apapun dengan pemerintah di Kabul. Jika Karzai tetap bersikeras menggelar Jirga Perdamaian, hal itu jelas berdasarkan alasan taktis, kata para keamanan Wahid Mojda. Karzai melihat adanya situasi untuk bersama-sama meraih kemenangan.

Dengan itu, jika kelompok perlawanan tidak mau menerima usulannya, mereka akan dituduh bertanggung jawab bagi terus berlangsungnya perang. Pemerintah di Kabul dapat cuci tangan. Sekaligus dengan Jirga Perdamaian itu, Karzai hendak mengangkat kembali citra politiknya, setelah dihujani kritik akibat hasil pemilu lalu.

Ratbil Shamel/Agus Setiawan

Editor: Ayu Purwaningsih