1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana Pembakaran Al Quran Provokasi Terarah

9 September 2010

Rencana pembakaran Al Quran itu terutama merupakan provokasi terarah terhadap umat Islam dan secara umum terhadap orang-orang yang beradab. Provokasinya tidak dilindungi atau berkaitan dengan hak kebebasan berpendapat.

https://p.dw.com/p/P7ta
Terry Jones berpose di dekat plakat lokasi rencana pembakaran sebuah Al Quran tanggal 11 September 2010.Foto: AP


Rencana pembakaran kitab suci Al Quran yang digagas pendeta radikal Terry Jones untuk memperingati serangan teror 11 September menjadi topik komentar dalam tajuk harian-harian internasional. Harian Luxemburg Luxemburger Wort dalam tajuknya berkomentar, jika bendera atau buku dibakar, seharusnya sudah dibunyikan tanda bahaya. Pengumuman seorang pendeta perhimpunan Kristen radikal di AS, Terry Jones untuk membakar sebuah kitab suci Al Quran dalam memperingati 9 tahun serangan 11 September, merupakan provokasi secara sadar. Aksi simbolis itu tidak ada kaitannya dengan praktek kebebasan mengeluarkan pendapat. Kebebasan memiliki batasannya, yakni ketika hal itu melukai kebebasan yang lainnya. Juga jika aksinya tidak secara langsung ditujukan terhadap manusianya, reaksi kekerasan boleh jadi akan meledak. Karena itu penguasa negara harus menggunakan semua cara legal untuk mencegah aksi tsb. Lebih jauh lagi sebagai bagian berbobot dari kepentingan nasional di bawah pemerintahan Barack Obama, harus dihindarkan bahwa citra AS yang sedikit membaik di dunia Islam akan kembali mengalami kerusakan.

Harian liberal kiri Italia La Repubblica berkomentar, pendeta radikal ini tiba-tiba menjadi bintang. Lewat situsnya di internet hingga kini tercatat 10.000 pendukung. Sementara penentangnya juga meluas, mulai dari Gedung Putih, Vatikan, NATO hingga ke artis kenamaan Angelina Jolie. Di seluruh dunia Islam mulai dari Kabul hingga Jakarta sudah meledak aksi protes keras. Tanggal 11 September berada di bawah tegangan tinggi, menimbang impuls baru anti-Islam yang kini meluas di kalangan masyarakat AS. Harapan terakhir, bahwa kasus 11 September itu tidak akan mengusik dunia, kini terletak pada dinas pemadam kebakaran di kota Gainsville, dengan tidak memberikan izin pembakaran kepada Jones.

Harian Spanyol El Periodico de Catalunya berkomentar, rencana pendeta Terry Jones untuk membakar sebuah kita suci Al Quran pada tanggal 11 September, dapat saja ditafsirkan hanya sebagai gerakan anti Islam dari sebuah perhimpunan Kristen fundamentalis. Akan tetapi juga terdapat bahaya, bahwa rencana itu akan menimbulkan kerusakan dalam hubungan yang sudah amat rumit antara dunia barat dengan dunia Islam. Selain itu, beberapa orang pakar strategi dari Partai Republik kini sudah mulai mendekati pendeta radikal tsb, dengan harapan mereka akan meraih tambahan suara pemilih cukup besar. Pandangan sinting dari Terry Jones terbukti lebih dari sekedar ekspresi dari sebuah kelompok radikal minoritas.

Dan terakhir harian Belanda De Volkskrant berkomentar, jika Terry Jones hendak membakar kitan suci Al Quran, dia dapat melakukannya. Karena ia dilindungi konstitusi AS yang menjamin kebebasan berpendapat. Sama halnya seperti anggota Ku Klux Klan yang boleh membakar salib tanpa takut diancam hukuman. Tapi di banyak negara Islam, dimana batasan kebebasan beragama belum seluas di AS, aksi Jones itu tidak dapat diterima. Hal ini tidak membebaskan para pemimpin berpengaruh di dunia Islam dari kewajiban moralnya, untuk tidak semakin mengobarkan api kemarahan. Dampak apa dari peringatan 9 tahun peristiwa 11 September, sangat tergantung dari seberapa jauh umat Muslim dapat melihat Jones dalam posisi yang sebenarnya. Sebagai figur menyedihkan tanpa pengikut cukup berarti.

AS/DK/dpa