1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana Pembakaran Al Quran Timbulkan Kekhawatiran

10 September 2010

Di Afghanistan rencana pembakaran Al Quran di AS mendapat kritik tajam. Juga, dikhawatirkan timbulnya dampak negatif bagi warga sipil maupun tentara asing. Presiden Obama juga menyampaikan kecamannya.

https://p.dw.com/p/P8fp
Warga Afghanistan membakar boneka pendeta Terry Jones saat berdemonstrasi menentang AS di Kabul, Senin (06/09).Foto: AP

"Matilah Amerika". Dengan seruan ini ratusan orang berdemonstrasi di jalan-jalan ibukota Afghanistan, Kabul, untuk memprotes rencana pembakaran kitab suci Al Quran. Itu terjadi Senin awal pekan ini (06/09).

Afghanistan Tetap Tenang?

Sejak saat itu, berkaitan dengan rencana tersebut, Afghanistan tenang. Tetapi siapa tahu, apakah keadaan akan tetap tenang. Siamak Herawi, jurubicara Presiden Hamid Karzai, mengutuk rencana yang akan dilaksanakan di Florida, AS tersebut dalam wawancara dengan radio Jerman ARD.

Afghanistan Angriff Friedens-Dschirga Kabul Taliban Karzai
Presiden Afghanistan Hamid KarzaiFoto: AP

Ia mengatakan, "Pemerintah AS telah berkali-kali berusaha memperbaiki hubungan dengan dunia Islam. Aksi ini dapat menimbulkan keraguan atas upaya AS, mengubah sikap orang-orang muslim dan mencuatkan pertanyaan, apa yang berusaha dicapai AS.“

Utusan khusus PBB di Afghanistan, Staffan di Mistura, juga melontarkan kata-kata tajam terhadap orang-orang fundamentalis Kristen tersebut. Jika mereka benar-benar melakukannya pada saat bulan Ramadan berakhir, itu akan mengakibatkan dampak mengerikan.

Disambut Baik Kelompok Ekstrimis

Demikian dikatakan Staffan di Mistura seraya menambahkan, ia berusaha menunjukkan bahwa kebudayaan, tradisi dan agama rakyat Afghanistan dihargai. Pihaknya juga memerangi ekstremisme di negara itu. Tetapi jika pembakaran Al Quran dilaksanakan, rakyat Afghanistan pasti menjadi sekutu terbaik Taliban, demikian dikatakan utusan khusus PBB tersebut.

Vereinte Nationen Afghanistan Staffan di Mistura
Utusan PBB di Afghanistan Staffan di MisturaFoto: AP

Dikhawatirkan, kelompok-kelompok ekstrimis tidak perlu lagi melakukan apapun untuk mempropagandaan misinya, jika rencana segelintir orang Kristen di AS dengan pendeta radikalnya, Terry Jones, benar-benar dilaksanakan. Panglima pasukan NATO di Afghanistan, ISAF, David Petraeus, juga telah memperingatkan bahwa keamanan tentara asing dan warga asing menjadi taruhannya.

Tuntutan Obama

Kamis kemarin (09/09), Presiden Barack Obama juga menuntut Terry Jones untuk membatalkan rencana membakar Al Quran. Obama mengatakan, "Ini kesempatan baik bagi Al Qaida untuk merekrut orang. Ini dapat menyebabkan kekerasan serius misalnya di Pakistan dan Afghanistan. Ini dapat meningkatkan perekrutan individu-individu yang bersedia meledakkan dirinya sendiri di kota-kota Amerika atau Eropa."

USA Präsident Barack Obama Infrastruktur
Presiden AS Barack ObamaFoto: AP

Obama menambahkan, "Terry Jones berkata ia adalah orang yang dimotivasi oleh keyakinannya. Saya berharap ia mendengarkan perkataan malaikat-malaikat yang lebih baik dan mengerti bahwa tindakan yang akan dilakukannya ini destruktif."

Rabu malam lalu (08/09) imam Mohammad Musri dari Islamic Center of Central Florida mengatakan telah berbicara dengan Terry Jones. Menurutnya, pendeta itu sopan dan mendengarkan penuturannya. Menurut Musri, Terry Jones juga menunjukkan bersedia berkompromi.

Tidak Ada Perang Antar Kebudayaan

Koran-verbrennung Koran Christen USA Islam
Pendeta Terry JonesFoto: AP

Utusan khusus PBB di Afghanistan, Staffan di Mistura mengutarakan pendapatnya dengan jelas, "Ini tidak ada urusannya dengan kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat tidak dapat menjadi kebebasan untuk menghina milyaran orang di dunia yang memeluk agama Islam.“

Yang dapat bersukacita karena permasalahakan ini adalah mereka, yang ingin meyakinkan dunia, bahwa ada perang antar kebudayaan. Di AS, orang-orang ekstrimis Kristen mencampuradukkan Islamisme dengan agama Islam.

Sementara di Afghanistan sejumlah demonstran mencampuradukkan AS dengan segelintir warga fundamentalis Kristen. Jika situasi di Afghanistan tetap tenang, itu akan menjadi berita buruk bagi mereka yang menyebarkan desas-desus adanya perang antar kebudayaan.

Kai Küstner / Marjory Linardy

Editor: Luky Setyarini