1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rencana Proyek Taman di Timur Yerusalem Ditunda

3 Maret 2010

Atas desakan PM Netanjahu, Walikota Yerusalem Barkat untuk sementara menghentikan rencana membongkar puluhan rumah di kawasan timur Yerusalem. Di wilayah ini direncanakan dibangun Taman Arkeologi bagi wisatawan.

https://p.dw.com/p/MIWX
Kubah Shakhrah di kawasan kota tua YerusalemFoto: Berthold Werner

Satu jam sebelum konferensi pers, pada saat Nil Barkat akan mengumumkan rencana perombakan kawasan timur Silwan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu memintanya untuk mengakui diperlukan waktu konsultasi lebih lama.

Walikota Yerusalem Barkat menjelaskan, "Menjadi tujuan kami untuk mengembangkan kawasan itu demi kepentingan warga dan sebagai kepentingan pariwisata Yerusalem. Saya mengusulkan kepada semua untuk sedikit membayangkan bagaimana bentuk tempat itu jika air mengalir di sana, jika ada restoran di sana. Potensi lokasi ini memungkinkan kita mengembangkan solusinya. Juga diskusi-diskusi tentang bentuk taman dan apa isi taman itu akan diumumkan secara terbuka dan saya ingin menenangkan warga: Taman ini akan bermanfaat bagi seluruh dunia dan kami sedapat mungkin akan bekerja sama dengan warga dalam rencana dan menjaga citra taman ini sebagai taman umum."

Menurut pemberitaan senada dari media Israel, Barkat akan membongkar 40 rumah warga dan sebagai kompensasinya menawarkan penduduk yang bersangkutan dapat membangun rumah baru di timur kawasan lokasi rencana taman tersebut. Pembangunan Taman Arkeologi ini direncanakan dilakukan mulai dari kawasan timur Kota Tua melalui kawasan perumahan kawasan Silwan yang padat dihuni komunitas Arab.

Organisasi Hak Asasi Manusia Israel dan penduduk komunitas Arab khawatir, bahwa rencana pembangunan yang kontroversial kawasan kota tua Yerusalem yang diduduki Israel sejak tahun 1967 itu, termasuk Kubah Shakhrah dan Mesjid Al Aqsa, akan memisahkannya dari kawasan timur Yerusalem lainnya.

Ketua perhimpunan warga kawasan Silwan, Fahri Abu Dihab, mengumumkan Rabu pagi (03/03) di radio militer untuk melakukan perlawanan secara yuridis. "Kami akan memanfaatkan segala langkah hukum dan demokratis. Kami akan mengajukan kasus ini ke pengadilan dan semua institusi yang dapat membantu kami. Kami akan melakukan segala cara yang sesuai undang-undang dan saya benar-benar berharap kami tetap dapat tinggal di rumah kami.“

Awal pekan depan, Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan melakukan kunjungan selama beberapa hari di Yerusalem. Pemerintah Amerika Serikat di waktu belakangan selalu menilai pembongkaran rumah-rumah warga Arab di kawasan Timur Yerusalem sebagai penghalang bagi dilakukannya kembali pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina.

Clemens Verenkotte/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan