1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Revolusi Pasar Buku?

Jochen Kürten10 Oktober 2012

Buku dalam bentuk cetak sudah hampir ketinggalan jaman. Revolusi digital sudah tiba di dunia buku. Begitu pendapat banyak pakar. Tapi kenyataannya belum sejauh itu.

https://p.dw.com/p/16NON
ARCHIV - ILLUSTRATION - Ein iPad Tablet mit einer Bücherwand auf dem Bildschirm, im Hintergrund ein Bücherregal (Aufnahme vom 06.10.2011). Apple stieg im vergangenen Jahr mit der Markteinführung des iPad-Tablets in das E-Book-Geschäft ein. Auf Reisen sind E-Books ein handlicher Ersatz für dicke Schmöker. Der Markt ist heiß umkämpft. Nun nimmt die EU-Kommission Apple ins Visier. Der Computerriese könnte gemeinsam mit fünf Verlagen ein Kartell gebildet haben, lautet der Verdacht. Foto: Marc Tirl dpa (zu dpa 1246 vom 06.12.2011) +++(c) dpa - Bildfunk+++
iPad mit Bücherwand auf dem BildschirmFoto: picture-alliance/dpa

Jika 7.300 percetakan dari sekitar 100 negara bertemu di satu lokasi, pasti bahan pembicaraan banyak. Apalagi jika mengenai cabang industri yang sangat terancam, seperti buku. Pameran buku Frankfurt (Frankfurter Buchmesse) kembali digelar dari 10 sampai 14 Oktober, dan pengunjung diperkirakan akan mencapai 300.000 orang.

Pameran itu masih terus berlanjut dan tetap menjadi pameran buku terbesar di dunia, walaupun tantangan dari dunia digital sangat besar. Banyak pengamat sudah lama memandangnya sebagai pameran media dan ajang kebudayaan raksasa. Tetapi buku yang dicetak tetap menjadi titik beratnya, walaupun saingan banyak.

Orang Masih Pergi ke Toko Buku

Industri buku menghadapi tantangan besar. Tahun lalu, pasaran buku Jerman mendapat untung sekitar 10 milyar Euro. Untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, keuntungan menurun. Toko buku klasik masih menjadi tempat membeli buku bagi banyak orang. Tetapi semakin banyak orang Jerman memesan buku lewat internet. Banyak percetakan merasa terancam. E-book menjadi saingan bagi buku yang dicetak. Di samping itu semakin banyak penulis mempublikasikan karyanya di internet. “Self Publishing“ begitu bunyi tren terakhir.

Das Messegelände in Frankfurt am Main, in der Mitte der Messeturm, aufgenommen 2004. +++(c) dpa - Report+++
Lahan pameran di Frankfurt am MainFoto: picture-alliance/dpa

Semua itu jadi tema diskusi di Frankfurt. “Internet ibaratnya jembatan antara kebudayaan buku yang dicetak menuju buku digital." Ungkapan sebuah surat kabar besar itu menggambarkan situasi sekarang. Tidak bisa disangkal, dunia buku menghadapi perubahan besar. Tetapi ke manakah dunia perbukuan melangkah? Pendapat berbeda-beda. Beberapa hal tampaknya benar-benar akan terjadi. Jumlah toko buku di Jerman akan berkurang. Sedangkan Amazon dan bisnis online lainnya di internet akan terus berkembang. Bagian penjualan buku di “department store“ akan menghilang. Segmen buku saku sangat terancam. Buku elektronik, dalam bentuk apapun, akan menghadapi bagian pasar yang lebih besar. Yang lainnya hanya spekulasi.

Buku Anak-Anak dan Remaja

Sekitar 3.000 acara direncanakan dalam pameran di Frankfurt. Sekitar 1.000 penulis diperkirakan akan datang. Penulis terkenal secara internasional seperti Richard Ford, Herta Müller atau Martin Walser juga akan datang. Pembicaraan tentang masa depan buku serta acara khusus bagi semua cabang dunia perbukuan juga akan berlangsung. Perhatian besar diarahkan ke bagian buku anak-anak dan remaja pada pameran tahun 2012 ini. Karena inilah titik temu media cetak dan digital, kata Direktur Pameran Buku Juergen Boos. Komik juga semakin memegang peranan penting. Dengan kata-kata seperti “Crowdfunding“ (penulis mendapat sokongan dana dari para pembacanya di internet) dan “Fanfiction“ (kelanjutan buku-buku populer seperti "Harry Potter" di internet) pasti akan dikenal baik oleh banyak orang setelah pameran berakhir.

Dengan E-Books tahun lalu di AS sudah diperoleh lebih banyak keuntungan dibanding dengan bentuk klasik “Hardcover“. Berbeda dengan AS, di mana Self-Publishing juga sudah meluas di pasaran dan meraup keuntungan besar, di Jerman pasar buku tradisional masih ada. "Setiap penjual buku punya kemampuan lebih besar daripada Amazon," kata Alexander Skipis, kepala persatuan bursa buku Jerman Deutschen Buchhandels, secara optimis. Itu bukan pendapatnya saja.

Eine Frau, die auf einer Leiter steht, räumt am Dienstag (14.10.2008) auf dem Gelände der Frankfurter Buchmesse an einem Stand Bücher in ein Regal ein (Illustration), im Vordergrund rechts ein weiteres Regal. Die Messe wird am Mittwoch (15.10.2008) offiziell eröffnet und soll bis zum kommenden Wochenende mehrere hunderttausend Besucher anziehen. Foto: Marijan Murat dpa/lhe +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pameran buku di FrankfurtFoto: picture-alliance/dpa

Menurut Skipis, yang diperlukan adalah upaya terarah untuk mengikat pelanggan, yang disertai dukungan penjualan internet. Jadi banyak toko buku kecil akan bisa mengalahkan toko buku besar. "Di bidang perbukuan sekarang bisa dilihat perubahan besar", kata Skipis. Yang penting adalah spesialisasi. Persatuan bursa buku sudah mengadakan perlombaan ide bagi buku masa depan. Yang menang sebuah proyek, yang mengkombinasikan buku dengan media-media lain, seperti Facebook, dengan film dan permainan komputer. Jaringan media semakin penting dalam cabang industri ini.

Perkembangan seperti di AS?

Apakah perkembangan seperti di AS juga akan terjadi di Jerman, seperti dikatakan beberapa pakar, baru akan terlihat beberapa tahun lagi. Buku digital tidak meluas cepat di Jerman. Jumlah penjualan E-Books di pasaran Jerman hanya sekitar satu hingga dua persen. Banyak alat baca E-Books yang bermunculan di pasar, belum berhasil menyebabkan revolusi dalam kebiasaan membaca orang Jerman. Banyak pakar bahkan berpandangan alat baca seperti Kindle dari Amazon atau eReader dari Sony sudah akan lenyap dari pasaran. “Tablet PC“ dan “Smartphones“ juga ikut mendesak alat baca elektronik tersebut.

Namun demikian, perkembangan global dan digital tetap jadi topik besar dalam Frankfurter Buchmesse, karena menggoyahkan industri perbukuan. Penerbitan tradisional harus menyesuaikan diri dengan manajemen baru, juga mengikutsertakan jejaring sosial dalam konsep pemasaran. Berkaitan dengan perkembangan ke arah digital, juga didiskusikan masalah biaya penjilidan buku dan hak cipta. Jumlah terbitan baru di Jerman masih bertambah. Tahun lalu diterbitkan 82.000 judul. Tetapi jumlahnya mungkin tidak akan lebih banyak lagi.

Liao Yiwu wird im Rahmen der Frankfurter Buchmesse geehrt: Der 54-jährige chinesische Exilschriftsteller ist Träger des diesjährigen Friedenspreises des deutschen Buchhandels.
Liao YiwuFoto: DW

Bintang Pameran: Liao Yiwu

Jadi yang dibicarakan pasti banyak di lahan pameran yang sangat luas. Tentu juga menyangkut hal-hal klasik pada pameran di Frankfurt. Negara tamu kali ini adalah Selandia Baru. Sekitar 70 penulis dari negara kepulauan itu akan hadir. Puncak pameran adalah penyerahan penghargaan perdamaian dari ikatan penjual buku Jerman (Deutschen Buchhandel).

Di gereja Paulskirche di Frankfurt am Main penulis Cina Liao Yiwu, yang sekarang hidup di pengasingan di Jerman, mendapat penghargaan internasional tersebut. Liao Yiwu terkenal dengan tulisannya yang kritis tentang situasi di masyarakat modern Cina. Walaupun pernah dipenjara bertahun-tahun, disiksa dan dilarang menulis, karya-karya Liao Yiwu tetap dicetak. Hanya di Cina bukunya dilarang. Di negara itu buku-buku yang dicetak masih memiliki daya ledak sangat besar.