1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

110511 Syrien Gewalt

11 Mei 2011

Suriah menarik diri dari pencalonan keanggotaan Dewan HAM PBB. Itulah satu-satunya reaksi Damaskus terhadap hujan kritik negara barat. Rezim Assad juga terus melancarkan kekerasan di berbagai kota meredam protes.

https://p.dw.com/p/11Dxl
Aksi protes menentang pemerintah di Banias, Suriah.
Aksi protes menentang pemerintah di Banias, Suriah.Foto: dapd

Aparat keamanan Suriah dan militer terus melancarkan aksi kekerasan membubarkan protes di berbagai kota. Menurut laporan para aktivis pembela HAM, kekerasan terhadap oposisi dilancarkan di Damaskus, Latakia, dan kota ketiga terbesar Suriah, Homs. Di mana-mana terjadi penangkapan. Mereka yang dibebaskan harus menandatangani pernyataan tidak akan menggelar aksi protes menentang pemerintah.

Seorang perwira militer mengatakan kepada televisi Suriah bahwa serdadu dan aparat keamanan yang dikerahkan di Homs dan beberapa kota sedang mengejar "gerombolan teroris bersenjata". Dikatakan, militer berhasil menangkap sepuluh buronan, dan menyita sejumlah besar senjata.

Assad Minta Warga Bekerja Sama

Ribuan demonstran memenuhi jalan di Banias, Suriah.
Ribuan demonstran memenuhi jalan di Banias, Suriah.Foto: dapd

Presiden Bashar al Assad mengumumkan sejumlah butir reformasi yang dipandang sebagai tindakan simbolik belaka guna menenangkan para demonstran. Televisi pemerintah Suriah menyiarkan berita bahwa pemerintah membentuk komite mempersiapkan undang-undang pemilu yang "sesuai dengan standar internasional".

Assad, seperti dikutip harian Suriah "Al Watan", menyerukan warga Suriah bekerja sama dengan pemerintah agar proses reformasi bisa berjalan. Ia juga mengusulkan solusi cepat.

Hingga berita ini diturunkan, hari Rabu (11/05), setidaknya 18 orang tewas termasuk seorang anak berusia delapan tahun akibat kekerasan yang dilancarkan militer dan aparat keamanan. Menurut Ammar Qurabi, pemimpin Organisasi HAM Suriah, 13 orang tewas ketika tank baja menembakkan mortar ke sebuah desa di pinggiran Daraa. Sementara itu lima orang tewas di Homs.

"Rezim Akan Bertahan Hingga Akhir"

Rezim di Damaskus bergeming menanggapi sejumlah sanksi yang diberlakukan sejumlah organisasi internasional. Uni Eropa misalnya, memberlakukan larangan masuk ke wilayahnya bagi 13 pejabat Suriah dan membekukan asetnya di luar negeri. Uni Eropa juga menyiapkan paket sanksi kedua terhadap orang-orang dekat Assad.

Jutawan Suriah dan sepupu Bashar Assad, Rami Makhlouf.
Jutawan Suriah dan sepupu Bashar Assad, Rami Makhlouf.Foto: picture-alliance/abaca

Namun menurut keterangan Rami Makhlouf, sepupu Presiden Assad, rezim akan tetap mempertahankan kekuasaannya hingga titik darah penghabisan. Hilal Kashan dari Universitas Amerika di Beirut, Libanon, berkomentar, "Rezim memperingatkan jika situasinya tidak terkendali akan terjadi kerusuhan berlatar belakang agama yang bisa mengarah pada perang saudara. Ditambah lagi adanya kawanan tukang pukul yang merupakan instrumen rezim, yang menembaki semua orang, guna menciptakan kekacauan dan situasi buruk. Seolah-olah jika pemerintah tidak turun tangan, maka akan terjadi hal terparah."

Kawanan itu menerapkan semboyan "Kami atau Rusuh", seperti yang diusung jutawan Rami Makhlouf. Selain itu juga diusung slogan seperti "Tidak ada stabilitas di Suriah artinya tidak ada stabilitas bagi Israel". Sebuah ancaman yang bisa menjelaskan mengapa negara barat bersabar pada Suriah.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, hari Rabu (11/05), menyerukan Suriah untuk membuka jalan bagi tim pengamat bantuan internasional masuk Daraa. Di Jenewa Ban Ki-moon mengungkapkan kekecewaannya karena tim itu belum mendapatkan akses yang diperlukannya. Ban Ki-moon menambahkan bahwa Assad sudah memberikan jaminan bahwa tim pengamat itu akan diberi izin memasuki Daraa.

Ulrich Leidholdt/ap/Luky Setyarini

Editor: Renata Permadi